“Kita harus membuat sejarah, kita mestinya menentukan masa depan yang sesuai dengan keperluan sebagai kaum perempuan dan harus mendapat pendidikan yang cukup seperti kaum laki-laki“.-RA. Kartini
Menurut pemikiran RA. Kartini di atas, sudah sepantasnya kita sebagai kaum perempuan memperjuangkan hak-hak perempuan yang telah nenek moyang kita kejar mati-matian. Persepsi masyarakat yang sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa kodrat perempuan hanyalah sebatas 3M yaitu masak, manak, dan macak harus dihapus. Stigma seperti ini harus mampu kita dobrak, kita lawan perspektif yang sudah menjadi habit dengan membuktikan peran kita sebagai perempuan yang mampu berkontribusi demi maju nya suatu bangsa dan negara.
Seorang perempuan harus bisa memperjuangkan haknya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki. Seperti yang kita tahu, fitrah seorang perempuan yang akan menjadi sosok ibu akan menyandang posisi madrosatul ulaa bagi anak-anak nya kelak. Lantas bisakah seorang ibu mendidik anak tanpa berbekal ilmu?
Berdasarkan penelitian University of Washington, perempuan (dalam hal ini ibu) menurunkan gen kecerdasan lebih banyak karena perempuan memiliki dua kromosom X. Sedangkan ayah hanya memiliki satu kromosom X. Kromosom inilah yang menentukan fungsi kognitif seorang anak.
Baca juga Kesempatan yang Khatam
Dari data di atas, sudah jelas bahwa ibu menjadi sosok yang paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Jadi jika sekolah pertamanya saja bagus apalagi kedepannya?
Tidak hanya itu saja, dewasa ini seiring berkembangnya zaman yang penuh dengan berita yang kerap tidak dapat di pertanggungjawabkan, perempuan memiliki banyak tuntutan. Perempuan harus mempunyai wawasan yang luas dan pemikiran yang matang agar bisa mengolah berita yang ada. Jika seorang perempuan tidak mampu berpikir kritis, maka akan mudah termakan hoax, menelan mentah-mentah berita yang ada karena tidak mampu menganalisisnya.
Ketidaktahuan seorang ibu seringkali menimbulkan berbagai masalah bagi rumah tangga dan anak-anaknya. Pendidikan perempuan sangat berpengaruh terhadap kasus perceraian, tingkat aborsi, cara pola asuh anak dan sebagainya yang erat kaitannya dengan keharmonisan rumah tangga. Pikiran yang matang dan tajam, kematangan emosional dan nilai spiritual akan mengantisipasi hal-hal yang terjadi dengan kritis dan bijaksana.
Kita bisa meneladani tokoh-tokoh perempuan islam, Sayyidah Aisyah misalnya, beliau salah satu tokoh perempuan hebat yang sangat menginspirasi, beliau amatcerdas. Kecerdasannya sudah tidak diragukan lagi, banyak mendapat pengakuan para sahabat. Beliau sosok yang pandai, punya pola pikir yang kritis dan sering meriwayatkan hadist, bahkan hadist yang beliau riwayatkan tidak pernah mendapat penolakan karena kesesuaiannya dengan fakta. Bukti bahwa Allah memberi kesempatan bagi perempuan untuk berpendidikan sama halnya dengan laki-laki
Adapun perempuan yang punya karir yang sangat gemilang semasa hidupnya, yaitu Sayyidah Khodijah, Sayyidah Sukainah dan Sayyidah Nafisah. Sayyidah Khodijah, seorang janda yang juga seorang saudagar kaya raya, sedangkan Sayyidah Sukainah dan Sayyidah Nafisah cucu dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, gurunya Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal. Melihat beberapa sosok tersebut di atas, masih mau kah kita yang berada di era digital ini malas-malasan untuk belajar? Tidak maukah kita menjadi bagian penting mewujudkan cita-cita agama dan bangsa?
Ada bagian yang menurut saya tak kalah penting. Pendidikan yang tinggi bagi seorang perempuan harus seimbang dengan adab dan budi pekerti yang luhur. Untuk apa cerdas tapi tidak tau cara menghargai orang lain? Tidak tau cara berperilaku sopan santun? Semuanya hanya akan sia-sia. Seorang perempuan yang terdidik harus tetap menjaga batasan-batasan yang ada, menutup aurat dengan sempurna misalnya.
Baca juga Perempuan dan Pendidikan dalam Islam
Dilansir dari perkataan Prof. Dr. Hj. Huzaimah Tahido M.A. bahwasannya wanita boleh memasuki berbagai profesi, asal tugasnya diselaraskan dengan sifat dan kodrat mereka. Ia juga tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban sebagai ibu rumah tangga, serta tetap mempertahankan norma dan hukum-hukum agama yang ada. Nah, dari paparan di atas bisa kita pahami bahwa bukan berarti perempuan harus terkurung di dalam rumah dan kiprahnya terbatas dalam wilayah domestik saja. Perempuan juga pantas berada di ruang publik yang bisa membawa perubahan-perubahan besar bagi bangsa.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat berdampak pada inovasi yang semakin maju, maka perempuan harus menyadari akan hal itu. Perempuan tidak bisa hanya diam saja, apalagi sampai hanyut terbawa arus tanpa bisa mengkontrol dirinya sendiri. Maka dari itu controlling perempuan, yaitu ilmu dan pendidikan. Perempuan yang berilmu dengan sendirinya akan membentuk pribadi yang mudah bersyukur, bisa mengatur skala prioritas, dan menjadi semakin matang serta dewasa. Semakin banyak mendapat tempaan akan semakin dewasa. Maka dia akan mudah membangun rumah tangga dengan taraf harmonis dan tidak lagi memikirkan diri sendiri serta pandai membawa diri dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh : Gita Pratiwi
Sumber : Webinar “Urgensi Pendidikan untuk Wanita di Era Modern”, Ning Imaz Fatimatuz Zahro, Lirboyo