Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fotografi didefinisikan sebagai seni dan produksi gambar dan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Secara umum fotografi dapat dipahami sebagai proses menggambar atau menulis dengan media cahaya.
Pada saat yang sama, menurut Ansel Adams, fotografi adalah sarana ekspresi dan komunikasi yang kuat, yang menghasilkan banyak persepsi, interpretasi, dan realisasi. Fotografi diambil dari bahasa Inggris “photography” berasal dari kata Yunani yaitu “phos” yang artinya cahaya dan “graphien” yang artinya melukis atau menulis adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya.
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Pada tahun 1614, Angelo Sala menggunakan perak nitrat yang dibakar oleh sinar matahari menggunakan kertas dibungkus. Ia menyatakan hal ini dalam tulisannya “Septem Planetarum Terrestrium Spagirica Recensio yakni “Jika bubuk perak nitrat terkena sinar matahari, warnanya menjadi hitam pekat”. Penemuan efek sinar matahari dianggap kurang bermanfaat oleh ilmuwan lain.
Pada tahun 1717, Johann Heinrich Schulze, seorang profesor Jerman yang menggunakan bejana berisi perak nitrat dan kapur, secara tidak sengaja menemukan dirinya berada di dekat jendela. Campurannya berwarna gelap dengan sedikit warna putih dan membentuk garis pada botol.
Seorang ahli kimia, Carl Wilhelm Scheele menemukan amonia larut dalam perak nitrat tetapi tidak larut dalam partikel gelap. Penemuan ini membantu menstabilkan citra perak nitrat, yang dianggap sebagai penemuan eksperimen fotografi.
Segera setelah itu, pada tahun 1800, Thomas Wedgwood mengambil gambar dengan kamera gelap. Sayangnya, Wedgwood meninggal dunia pada usia 34 tahun pada tahun 1805. ‘Boulevard du Temple’, sebuah daguerreotype yang dibuat oleh Louis Daguerre pada tahun 1838 di awal foto pertama orang dalam foto tersebut. Pada tahun 1816, Nicéphore Niépce menggunakan kertas berlapis perak nitrat, mengambil gambar dengan kamera kecil.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya menggunakan pembiasan sehingga dapat membakar melalui media pengumpul cahaya. Media yang telah dibakar dengan dimensi luminans yang benar akan menghasilkan bayangan yang menyerupai cahaya yang masuk ke media yang dibiaskan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat dan untuk menghasilkan gambar digunakan alat ukur berupa light meter.
Setelah menyesuaikan ukuran eksposur yang sesuai, fotografer dapat menyesuaikan intensitas cahaya dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (kecepatan ISO), diafragma (aperture) dan derajat kecepatan rana (speed). Kombinasi ISO, aperture, dan kecepatan rana disebut eksposur. Di era fotografi digital tanpa film, kecepatan penggunaan film pada awalnya telah berkembang menjadi ISO digital.
Dalam perkembangan fotografi saat ini, banyak sekali jenis atau aliran fotografi yang dihadirkan. Kini, fotografer juga bisa lebih mengembangkan genre fotografi tersebut. Jika ingin menjadi fotografer handal, berkarya yang baik dan bermanfaat, menginspirasi orang lain, maka kuncinya adalah latihan. Dengan banyak latihan, seorang fotografer bisa menambah keterampilan untuk menentukan sudut atau posisi terbaik untuk memotret.
Pada dasarnya, tujuan dan esensi fotografi adalah komunikasi. Sebuah karya fotografi dapat dikatakan memiliki nilai komunikatif ketika subjek yang tampil digunakan sebagai pendukung untuk menyampaikan pesan atau sebagai gagasan yang diharapkan dari penikmatnya untuk menjalin pemahaman makna. Dalam hal ini, karya fotografi juga dapat dilihat sebagai alat bantu yang berharga dalam penggunaan fungsional dan sekaligus sebagai alat karena digunakan sebagai alat bantu dalam proses komunikasi untuk menyampaikan pesan atau gagasan isi karya tersebut.
Penulis: Sasi Kirana
Pictured by William Thomas on Unsplash
Sumber: