Waktu itu aku melihat sekumpulan banyak orang di sekeliling tempat peristirahatanku sembari berbaris dan merapikan tempat duduknya, tepat di dalam ruangan pendaftaran tahfiz. Mereka sama halnya seperti diriku yang sedang mengantri giliran, setelah selesai mendaftarkan diri sebagai peserta tahfiz bersama dengan teman-temanku, selang beberapa hari dari awal pendaftaran tersebut akhirnya kami pun menjalani proses tes tahfiz tersebut. Sebelum hari H menghampiri kami, pada H-1 kami dipanggil oleh salah satu pengurus untuk mengambil sepotong kertas kecil yang di dalamnya terdapat nama-nama surah dalam Al-Qur’an. Seketika itu aku dan teman-teman mengambil salah satu dari sekian banyak potongan kertas yang berada di hadapan kami, dan aku memilih kertas yang berada di sebelah pojok tangan kananku yang menurutku itu adalah secuil kertas (bagaikan berlian) yang sangat berharga yang akan membawa sebuah keberuntungan di dalam kehidupanku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08:00 WIB. Bertepatan pada hari pelaksanaan tes tersebut, sebelum aku menyerahkan diri untuk menyetorkannya kepada tim penyimak, tak lupa pada malam sebelum hari H datang aku sempat membaca dan meneliti lafaz bacaan dari huruf satu ke huruf lainnya, dan kemudian mencoba membacanya tanpa melihat mushaf tersebut. Sembari dibaca berulang-ulang kali dan kemudian mencoba menghafalnya, tak terasa akhirnya aku mendapatkan kurang lebih 1 halaman, itu pun aku sudah sangat bersyukur dan merasa senang sekali walau mungkin yang lainnya lebih banyak dari yang aku dapatkan.
Waktu terus berjalan, jam sudah menunjukkan pukul 09:45, terdengar suara dari arah speaker yang berada di sebelah pojok kiri bawah kamarku. Tak lain ialah salah satu dari pengurus tim tes tahfiz, ia kemudian memanggil namaku untuk mempersilahkan maju guna untuk menyerahkan setoran kepada salah satu mbak penguji lainnya. Ketika aku hendak mulai membacanya, tiba-tiba badanku mulai bergemetar, panas dingin tak karauan, fikiranku mulai goyah ke sana kemari tak tentu arah. Puncak akhir kini telah tiba dan syukur alhamdulillah aku dapat menyelesaikannya walau ada sedikit kendala, lupa (efek dredeg).
Usai sudah masa tes, kini hari pengumuman kelulusan telah datang, ku sambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan dan penuh harapan. Aku melihat salah satu mbak pengurus tim kemarin membawa selembar kertas kemudian dia menempelkannya di samping ruang kantin tepat di depan pintu musbar (mushalla) bagian dalam. Seketika aku dan rombongan teman-temanku bergegas melihat tulisan yang tertera di dalamnya, di sana tertulis nama-nama peserta yang mengikuti tes tahfiz. Satu per satu nama ku amati, tak lain di situ terdapat namaku yang berada pada baris kedua yang dinyatakan lulus dengan syarat alias perbaikan. Dalam hati langsung aku berucap Alhamdulillah masih diberi kesempatan memperbaiki bacaanku. Dalam hal kelulusan ini terdapat tiga kategori, yaitu; lulus (murni), lulus (perbaikan), tidak lulus. Walaupun posisiku berada dalam posisi perbaikan tidaklah aku patah semangat untuk meraih apa yang telah menjadi cita-citaku dan aku terus berjuang mungkin di depan sana banyak hal yang harus aku lewati aku tidak akan menyerah begitu saja, insyaalah dengan bersabar dan terus berusaha kita bisa mendapatkannya.
Waktu terus berjalan, tak terasa setahun sudah aku melewati peristiwa tes tersebut, dimana hari teristimewa yang pernah aku jalani yakni mengikuti tes tahfiz. Pada malam ini aku akan melaksanakan tes yang kedua kalinya semoga kali ini apa yang telah aku cita-citakan dapat terwujud dan mungkin hari ini menjadi hari pertama dan terakhirku mengikuti tes di sini. Tak lama kemudian terdengar suara yang tak jauh dari tempat dudukku, beliau memanggil namaku dengan nada lembut tak di sangka ternyata beliau adalah pengujiku lalu kemudian beliau mempersilahkanku masuk untuk menyetorkannya. Setelah selesai membacanya, selang beberapa hari dari tes tadi akhirnya aku akan menerima kabar dari pengurus yang bersangkutan. Kali ini pengumumannya berbeda dengan tahun lalu, pada tahun ini peserta yang mengikuti tes kemarin lusa dipersilahkan berkumpul di musbar karena melihat pesertanya yang lumayan sedikit jadi hanya dikumpulkan saja namun tidak terlupakan pula dengan selembar kertasnya yang berisi surat keputusan (SK).
Hatiku mulai dag dig dug tak karauan, serasa sudah tak sabar lagi menanti pengumuman ini. Tak lama kemudian pengurus menyodorkan selembar kertas yang berisi SK tentang hasil tes minggu lalu. Kami mulai membukannya secara perlahan-lahan sembari meneliti nama-nama yang tertera di dalamnya, tak lama kemudian aku melihat namaku yang tertulis dengan keterangan LULUS. Seketika di dalam hati aku langsung berucap “Alhamdulillah, Engkau masih memberikan kepercayaan kepadaku untuk menjaganya”.
Seberapa lama penantian ini dan seberapa sulit pencapaian serta rintangan yang dihadapi tetaplah bersabar dan jadilah wanita yang tangguh dalam menghadapi sebuah rintangan guna mencapai cita-cita yang diinginkan. Dalam perihal ini tidak akan ada yang namanya sia-sia, jika rasa sabar yang turut mengiringi kita, insyaallah Allah akan mengabulkan permintaan hamba-Nya yang benar-benar tulus dari hati. Kita tidak akan pernah tahu dengan takdir yang telah Allah gariskan dalam kehidupan ini, namun sebagai hamba-Nya kita tak lupa untuk selalu bersabar, berusaha, dan berdoa,serta bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan
Oleh: Kuni Masrohati