Meneladani Perang Badr: 17 Ramadhan 2 H

Diposting pada 111 views

Salah satu Perang besar antara ummat muslim dengan kafir Quraisy adalah Perang Badr. Perang Badr terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah (13 Maret 624 M). Tahun tersebut merupakan tahun pertama umat Islam diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan. Selain perang ini terjadi di wilayah Badr, perang ini juga bertepatan dengan Badr—bulan purnama.

Penyebab terjadinya Perang Badr adalah runtutan konflik kecil antara kaum Muslim dengan penduduk Makkah pada sekitar 623 M sampai awal 624 M dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin menjadi-jadi. Saat itu Rasulullah Saw. sedang memimpin pasukanya dalam usaha pencegatan kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam.  Dari Kafilah Quraisy, Abu Sufyan mendengar rencana Rasulullah SAW untuk menyerangnya. Para Kafilah Quraisy kemudian menyiapkan pasukan sejumlah 900-1000 orang dari Makkah untuk melindungi kafilah mereka. Dari pasukan Muslim yang telah mendengar kabar tersebut, Rasulullah Saw. kemudian menggelar rapat peperangan, karena masih adanya kesempatan untuk mundur dan para pejuang muslim dari kamu Anshar banyak yang baru saja masuk Islam. Sa’ad bin Ubadah, menyampaikan “Seandainya Engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, kami pun akan ikut denganmu”. Namun, kaum Muslim masih berharap dapat menghindari perang terbuka, dan terus melanjutkan pergerakanya menuju Badr.

Sesampainya di Badr, Rasulullah memerintahkan pasukanya untuk mencari posisi yang tepat sebagai pos mereka. Rasulullah kemudian menjadikan lembar badar sumur pertama yang dilalui mereka sebagai pos pertahanan. Namun, kemudian ada seorang sahabat yang bernama Al-Khubbab bin Al-Munzdir mengusulkan untuk memindahkan pos peperangan dengan alasan sebaiknya pasukan muslim lebih dekat dengan sumber air untuk dapat menguasai sumber air sebagai persediaan air, akan lebih menguntungkan umat muslim dan kaum Kafir Quriasy akan kehausan karena kehabisan persediaan air. Pendapat sahabat tersebut disetujui oleh Rasulullah dan pasukan muslim bergerak ke sumber air.

Hari pertempuran tiba, di saat fajar tanggal 13 Maret pasukan Kafir Quriasy mulai bergerak menuju Badr. Setelah menuruni bukit ‘Aqanqal pasukan Mekkah mengirim pengintai untuk mengetahui letak barisan kaum muslim. Umair bin Wahab yang melakukan pengintaian mendapati bahwa pasukan muslim berjumlah kecil, dan tidak ada pasukan pendukung namun ia memperkirakan bahwa akan banyak pasukan Quraisy akan ada banyak korban bila terjadi peperangan (salah satu Riwayat menyebutkan bahwa Umair bin Wahab melihat unta-unta (Madinah) penuh dengan hawa Kematian).

Baca Juga:  Fakta Menarik Hari Keuangan Nasional

Pertempuran diawali dengan majunya pemimpim-pemimpin kedua pasukan untuk berperang tanding. Tiga orang Anshar maju dari barisan kaum Muslim, akan tetapi diteriyaki supaya mundur oleh pasukan Makkah yang tidak ingin menciptakan dendam yang tidak perlu dan menyatakan bahwa dari pasukan Kafir Quraisy hanya ingin bertarung melawan Muslim Quraisy. Oleh Karena itu, dari pihak kaum muslim mengirim Ali bin Abi Thalib, Ubaidah bin al-Harits, dan Hamzah (paman Rasulullah). Para pemimpin Muslim berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Mekkah dalam pertarungan tiga lawan tiga, meskipun Ubaidah bin al-Harits mendapat luka parah yang menyebabkan ia wafat.

Selanjutnya kedua pasukan mulai melepaskan anak panah ke arah lawan. Dua orang muslim dan beberapa kaum kafir Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas. Rasulullah berpesan sebelum pertemuan agar menyerang dengan senjata jarak jauh mereka dan menyerang kaum Kafir Quraisy dengan senjata jarak dekat setelah mereka mendekat. Besarnya kekuatan serbuan kaum muslim yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran menyebutkan bahwa ribuat malaikat ikut dalam Perang Badr.

Pasukan kafir Quraisy yang kalah kekuatan dan tidak bersemangat segera saja tercerai-berai dan melarikan diri. Sebanyak 70 orang tewas dari pasukan kafir Quraisy termasuk Umayah dan Amr bin Hisyam (Abu Jahal) tewas dalam pertempuran ini, dan 14 syuhada’ gugur dari pasukan Muslim. Pertempuran Badr sendiri berlangsung hanya beberapa jam dan selesai sedikit lewat tengah hari.

Adapun yang penting kita ketahui dari Perang Badr ini adalah Perang yang paling tidak masuk akal, jelas Gus Baha dalam suatu pengajianya. Beliau menyebutkan bahwa pada saat itu umat muslim tidak cocok dengan keberangkatan Rasululullah ke Badr. Namun kaum muslim tetap setia dan taat dengan Rasulullah. Keberhasilan Perang Badr jika dilihat sepintas memang sangat tidak masuk akal, dari pasukan muslim yang hanya 313 pasukan melawan pasukan kaum kafir Quriasy dengan 1000 pasukan. Hal ini tidak terlepas dari isyarat Rasulullah yang menjelaskan bahwa pedang dan panahnya para malaikat di Perang Badr terbuat dari api, daripada senjata tersebut adalah termasuk dari khozanat samwat.

            Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertawakallah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mukmin, “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Ali ‘Imran: 123-125

Baca Juga:  Standar Kecantikan yang Merepotkan

 Kemenangan Perang Badr adalah semata kekuasaan Allah Swt. Terlepas dari itu kita dapat mengambil hikmah dan teladan,  bahwa Rasulullah Saw. mengedepankan musyawarah mufakat dalam peperangan tersebut sebagai contoh menerima usulan dari sahabat dengan mengubah pos peperangan.

Pada saat itu juga umat muslim sedang melakukan puasa Ramadhan dalam keadaan perang, menahan haus, dan betapa sulitnya waktu itu. Rasulullah meneladani kita untuk mampu menahan diri dari nafsul ammarah. Hal itu dibuktikan dengan perlakuan mereka terhadap penduduk Makkah yang penuh kasih sayang. Misal ada yang bersikap keras, nasihat Rasulullah Saw. mengubahnya menjadi orang yang pengertian. Pengendalian diri tidak hanya tentang kemampuan mengendalikan diri sendiri, tapi juga kemampuan menerima nasihat baik dari orang lain. Wallahua’lam

Oleh: Alifia

Photo by Pixabay from Pexels

Sumber :

https://www.nu.or.id/
https://id.wikipedia.org/
https://tirto.id/

Buku Muhammad Sang Nabi:Karen Armstrong