Kisah Khatimat 15 Juz Bil Ghoib Termuda : Nglindur Sambil Nderes

Diposting pada 338 views

Khataman yang akan diselenggarakan pada Februari mendatang adalah event rutinan bagi Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek Q. Event yang diadakan dua tahun sekali itu adalah acara bagi para khatimat yang terdiri dari khatimat juz ‘amma, bin nadzri 30 juz, bil hifdzi 15 juz, dan bil hifdzi 30 juz. Para peserta khatimat terdiri dari berbagai kalangan, termasuk juga dari Madrasah Tahfidz Putri Anak (MTPA).

Sebanyak 41 anak dari MTPA menjadi peserta khataman tahun ini. Nah, dari ke-41 anak tersebut, terdapat satu anak peserta bil hifdzi 15 juz. Dia adalah Alya Awza Azreena.

Azreen -sebagaimana ia biasa dipanggil- adalah siswi kelas enam SD Jageran. Lahir di Bantul pada 29 April 2007, usianya saat ini baru menginjak 11 tahun. Ia menjadi satu-satunya peserta khataman bil hifdzi 15 juz dari kalangan anak-anak. Hafalan Alqurannya dimulai sejak kelas tiga SD. Berawal dari melihat temannya yang mondok di Komplek Q pada 2015, Azreen kemudian tertarik untuk ikut mondok dan menghafal Alquran. Hingga kemudian ia matur kepada orang tuanya, dan diizinkan. Sama sekali tidak ada paksaan dari orang tua, semua itu adalah murni keinginannya sendiri.

Di Komplek Q inilah kemudian Azreen memulai menghafal Alquran. Tidak ada tabungan hafalan sebagaimana orang yang hendak menghafal Alquran pada umumnya. Di rumah, orang tuanya hanya membiasakan untuk membaca Alquran, khatam, dan mengulanginya kembali dari awal. Sebelum di Komplek Q, ia mengikuti TPA Ali Maksum. Saat ditanya tentang cita-citanya, Azreen menjawab ingin menjadi dokter yang hafal Alquran.

Bagaimana ia mencapai hafalannya saat ini? Anak ke-3 dari M. Nur Kholis dan Maria Ulfah ini memiliki kiat-kiat khusus dalam menghafalkan firman Allah ini. Baginya, ayat-ayat pendek adalah kriteria ayat yang sulit untuk dihafal. Bahkan ia spontan menyebutkan juz 14 adalah juz tersulit yang pernah dihafalnya. Ia lebih menyukai ayat-ayat dengan kategori panjang. Dalam menghafal, hal pertama yang dilakukannya adalah membaca ayat-ayat yang akan dihafal sampai tuntas sebanyak tiga kali. Kemudian, ia akan membaca ayat pertama, tiga kali. Setelah dibaca, ia akan menghafalnya tiga kali. Jika sudah hafal, ia akan lanjut ke ayat selanjutnya, dengan cara yang sama. Ketika sudah mencapai satu halaman, ia akan mengulang dari awal untuk membacanya. Diulang-ulang lagi sampai hafal. Nah, ayat-ayat pendek ini membutuhkan waktu lebih lama bagi Azreen untuk menghafalnya. Ia harus mengulang lebih dari tiga kali daripada ayat biasanya. Dalam sehari, biasanya ia menambah hafalan 2-3  halaman.

Baca Juga:  Sambut HSN, Santri Komplek Q Ikut Ramaikan Kirab Santri Krapyak

Dari jalur ibu, Azreen memang masih dzurriyyah (keturunan) dari KH. Munawwir dari istri terakhirnya. Jika liburan sekolah tiba, buyut dari Mbah Munawwir ini menyetorkan hafalannya (murajaah) kepada ibunya saat ba’da maghrib. Terkadang, jika kakak pertamanya ada di rumah, ia murajaah kepada kakaknya. Orang tua Azreen bukan penghafal Alquran, tetapi anak pertamanya menghafalkan Alquran. Sedangkan anak kakak kedua Azreen lebih fokus di bidang kitab.  Azreen sendiri mengatakan bahwa dirinya ingin memfokuskan diri di Alquran. Ia bahkan memiliki target pencapaian khusus dalam menghafal Alquran untuk kuliah di luar negeri.

Menurut pembimbingnya, Azreen tergolong anak yang semangat. Ia masuk kategori cepat menghafal. Satu kali setoran ia bisa menyetorkan satu halaman. Untuk anak seusianya, hal ini tentu bukan perkara mudah. Pendapatan hafalan teman seangkatannya yang dibawah Azreen adalah 7 juz.  Meskipun begitu, sebagaimana anak-anak seusianya, ia juga \masih dipengaruhi oleh mood. Pernah suatu ketika, ia pulang ke rumahnya tanpa suatu alasan. Kebetulan letak rumahnya dekat dengan pondok, yaitu di belakang Masjid Al Munawwir . Ada satu cerita lucu tentangnya. Teman-teman sekamarnya bercerita, pernah ketika tidur Azreen nglindur seperti orang nderes. Tiba-tiba ia membaca beberapa ayat dalam QS. al Baqarah kemudian tidur lagi. Hal itu tidak terjadi hanya sekali saja. Berulang kali. Tapi Azreen sendiri tidak menyadarinya.

Apapun itu, semoga semangat Azreen memotivasi kita semua.

Oleh : Ma’unatul Ashfia