Ma’rifatun Nafs, Bentuk Cinta Kepada Diri Sendiri

Diposting pada

Seperti self love, sebelum mencintai orang lain  alangkah baiknya jika kita mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Begitu juga sebelum mengenali orang lain, alangkah baiknya jika mengenali diri sendiri dulu. Memang  sulit untuk melakukannya. Tetapi hal itu perlu karena  berbagai permasalahan yang ada di kehidupan kita salah satu penyebabnya karena kita belum mengenali diri sendiri secara seutuhnya. Hanya diri kita yang tau bagaimana kondisi kita sendiri. 

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dalam kitabnya Kimiya’us Sa’adah mengatakan bahwa mengenal diri atau ma’rifatun nafs merupakan kunci untuk mengenal Allah. Imam al-Ghazali juga pernah mengutip sebuah hadits  Rasul yaitu “Man ‘arafa nafsah faqad ‘arafa rabbah” yang artinya siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya. 

Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya mengenali diri sendiri. Kita  perlu berdiskusi dalam kesunyian dengan diri sendiri untuk mencoba saling memahami satu sama lain antara hati, pikiran dan raga. Mengenali diri berarti mau menerima diri sendiri dengan ikhlas, mau memahami diri dengan sepenuhnya. Seringkali kita  melihat orang lain sebagai tolak ukur keberhasilan kehidupan kita tanpa memandang sejauh apa kemampuan yang kita miliki, dan terkadang kita terjebak oleh stigma orang lain sehingga kita tidak hidup atas diri sendiri, tapi seperti dikendalikan oleh stigma atau pandangan orang lain.  Dengan mengenali diri, kita bisa menempatkan diri kita di tempat yang sesuai, tidak memaksakan diri untuk beradaptasi secara keras, dan mengetahui apa yang kita butuhkan.

Menurut psikologi, proses mengenali diri bisa dimulai dengan beberapa langkah,  yaitu: 

Menjawab  pertanyaan-pertanyaan mendasar

Seperti: siapa kita? Apa tujuan kita saat ini? Apa yang kita suka dan tidak suka? Bagaimana kita menghadapi masalah yang terjadi? Apa kelemahan dan kekuatan kita? Sudah sejauh mana proses yang dilalui? Dan lain sebagainya. Mungkin pertanyaan ini terdengar lebay, tapi mulai dari sinilah kita bisa mengenali diri kita.

Membayangkan masa kecil atau masa lalu

Berusaha mengenali apa yang kita pahami dan yakini sejak kecil. Jika ada beberapa hal yang berupah setelah kita dewasa, kita bisa mengetahui penyebabnya dan menjadi catatan pribadi sebagai teman selama proses perkembangan menuju dewasa. 

Meminta persepsi/pandangan  orang terhadap diri kita

Melihat diri kita dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin kita merasa sudah berusaha menjadi pribadi yang baik, berusaha tampil sempurna versi diri kita di depan orang lain. Tetapi ternyata kita membutuhkan  pendapat orang lain tentang diri kita dengan mengungkapkan  sejujurnya, supaya kita bisa mengevaluasi diri untuk kedepannya.

Menerima kegagalan

Tidak ada proses kehidupan tanpa kegagalan, karena tidak ada yang sempurna. Ternyata, jika kita tidak bisa menerima kegagalan, berarti kita tidak bisa menerima diri sendiri, kita belum menemukan jati diri.

Jika kita sudah mengenali diri dengan baik, kita tahu apa tujuan kita, ke mana arah selanjutnya yang akan kita tempuh, dan kita akan hidup sesuai diri kita sendiri.  Mengenali  diri juga  bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri. Dan ketika sudah mengenali diri dengan baik maka akan  memunculkan rasa cinta terhadap diri sendiri.

Oleh: Iqna Isti’nafiyyah

Sumber.

Foto: Annie Spratt on Unsplash