Buku bukan hanya sekedar kumpulan beberapa tulisan semata, namun justru terdapat banyak wawasan dan pengetahuan jika kamu mau meluangkan waktu untuk membacanya.
Berdasarkan berdirinya Perpustakaan Nasional tepat pada tanggal 17 Mei 1980, Abdul Malik Fadjar menetapkan hari tersebut sebagai Hari Buku Nasional. Hal ini bertujuan untuk dapat menumbuhkan minat baca dan literasi masyarakat Indonesia, yang saat itu masih sangat rendah. Minimnya minat baca masyarakat saat itu diperparah dengan penjualan buku yang kala itu tergolong rendah.
Dimana Indonesia hanya mencetak sekitar 18 ribu buku tiap tahunnya. Angka tersebut sangat jauh dibandingkan dengan negara Asia lain seperti negara Jepang yang mencetak 40 ribu buku dan Cina yang mencetak 140 ribu buku tiap tahunnya. Dari permasalahan tersebut, Abdul Malik Fadjar yang merupakan Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Gotong Royong menetapkan Hari Buku Nasional dengan harapan dapat meningkatkan angka penjualan buku di Indonesia.
Disamping itu, adanya peringatan Hari Buku Nasional juga diharapkan bisa meningkatkan minat baca dan literasi untuk menunjang kualitas sistem pendidikan di tanah air. Abdul Malik Fadjar mengungkapkan kesadaran bahwa meningkatkan minat baca masyarakat merupakan sebuah tantangan yang cukup berat mengingat generasi muda kini sudah mulai didominasi oleh sistem komunikasi dengan telepon, tetapi sedikitnya minat membaca buku. Ia akhirnya mengajak masyarakat Indonesia untuk meningkatkan minat baca, sebab dari membaca bisa menambah pengetahuan perkembangan dunia modern.
Saat ini, literasi peserta di Indonesia juga masih terbilang rendah. Dilansir situs Kemendikbud, survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 70 negara. Artinya, Indonesia adalah 10 negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah.
Selain survei yang dilakukan oleh PISA, data dari UNESCO juga mengatakan hal yang sama. Dikutip dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang rajin membaca. UNESCO juga menempatkan Indonesia sebagai negara terendah kedua untuk tingkat minat baca.
Pada zaman sekarang banyak anak muda yang tidak begitu minat untuk membaca karena mudahnya mengakses segala sesuatu, mudahnya mencari dan menemukan jawaban dari segala persoalan secara instan tanpa mau untuk membaca terlebih dahulu. Padahal perlu digaris bawahi bahwa buku adalah jendela dunia dan sumber pengetahuan. Sehingga untuk dapat membuka jendela dunia serta mendapatkan pengetahuan maka seseorang harus mau untuk membaca buku.
Ketika kita hanya mengandalkan sesuatu yang instan-instan saja maka kita akan menjadi kurang objektif dan pengetahuan kita hanya sebatas kumpulan dari simpulan-simpulan. Maka dari itu gerakkan literasi karena di dalam sebuah buku terdapat kumpulan informasi, kumpulan pengetahuan yang menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dengan banyak membaca, wawasan dan ilmu pengetahuan akan naik secara paralel.
Oleh: Sabrina Amelia Putri
Pictured by Richa Sharma on Unsplash