Siapa yang tidak mengingat, diperingati sebagai hari apakah setiap tanggal 10 November itu? Hari di mana kita mengenang perjuangan para syuhada yang telah berjihad demi kemerdekaan negara kita tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tentu saja hari istimewa itu adalah Hari Pahlawan yang jatuh tepat pada hari ini. Momentum ini harus dijadikan sebagai bentuk menanamkan rasa nasionalisme sekaligus menjaga persatuan dan kesatuan pada generasi muda penerus bangsa.
Perjuangan para pahlawan demi mengusir penjajah memang tidaklah mudah. Sebagai bentuk penghormatan, mereka yang telah berjuang hingga meneteskan darah penghabisan layak untuk disematkan gelar Pahlawan Nasional. Mereka yang mendapat gelar kehormatan tersebut tentunya berasal dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya. Begitu pula pada jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki banyak tokoh yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut sangatlah wajar karena salah satu misi terbentuknya Nahdlatul Ulama adalah membangun nasionalisme menuju kemerdekaan.
Pahlawan Nasional dari Tokoh NU
Dari sekian banyaknya tokoh NU, terdapat beberapa yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Di antaranya terdapat tiga tokoh Nahdlatul Ulama yang baru-baru ini disematkan gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia. Berikut ini profil singkatnya:
1. Usmar Ismail
Usmar Ismail berasal dari Sumatera Barat yang dikenal sebagai pendiri Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) NU bersama H. Djamaluddin Malik dan Asrul Sani pada tahun 1962-1970. Usmar Ismail pun mendapat amanah sebagai Ketua I PBNU 1964-1970. Beliau dianggap sebagai pelopor dunia perfilman di Indonesia karena merupakan seorang sutradara film, sastrawan, dan wartawan. Selain itu, beliau merupakan pelopor drama modern di Indonesia dan juga Bapak Film Indonesia. Bagi Usmar Ismail, kebudayaan yang ia cintai yaitu dunia perfilman menjadi jalan dakwahnya. Beliau wafat pada 2 Januari 1971 dalam usia yang relatif masih muda yaitu 49 tahun. Usmar Ismail mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No 109 TK 5 November 2021.
2. K.H. Masjkur
K.H. Masjkur merupakan tokoh NU yang pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) berkontribusi dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara. K.H. Masjkur juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa. Ketika pertempuran 10 November 1945, namanya muncul sebagai pemimpin Barisan Sabilillah. Beliau pernah menjadi Menteri Agama Indonesia pada 1947-1949 dan 1953-1955. Beliau pun menjabat anggota DPR RI periode 1956-1971 dan anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1968. Selain itu, Kiai Masjkur berpartisipasi dalam mendirikan Yayasan Sabilillah yaitu lembaga masyarakat yang bergelut di bidang pendidikan. Beliau ditetapkan Pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI pada 8 November 2019.
3. K.H. Syam’un
K.H. Syam’un merupakan pengurus NU di Serang, Banten. KH Syam’un selain alim dalam keilmuan, beliau pun menguasai tiga bahasa asing dan pernah mengajar di Arab Saudi pada masa mudanya. Ketika kembali ke tanah air, beliau bergabung dengan kelaskaran. K.H. Syam’un pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Beliau pernah menjadi Komandan Batalyon berpangkat Daidancho atau Mayor tahun 1943. Pada 1944 dilantik menjadi Komandan Batalion PETA berpangkat Mayor yang memimpin 567-600 orang pasukan. Saat TKR dibentuk 5 Oktober 1945, pangkatnya naik menjadi Kolonel, Komandan Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan. Tahun 1948, ia naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal. Beliau memimpin gerilya di wilayah Banten hingga wafatnya pada 1949. K.H. Syam’un ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI pada 8 November 2018.
Itulah profil singkat tiga tokoh NU yang telah mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah RI. Sebagai generasi penerus bangsa, jangan sampai kita melupakan jasa mereka pada bangsa maupun agama. Kita selayaknya turut aktif dalam mengisi kemerdekaan melalui berbagai kegiatan yang memberikan kemaslahatan bagi masyarakat. Insyaa Allah tercipta masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Oleh: Aisya Zalfaturrahma
Sumber:
— nu.or.id
Pictured by: Dokumen Pribadi