elderly muslim woman hands praying near the grave

Menyikapi Kematian Orang Tersayang

Diposting pada

Melanjutkan penjelasan oleh Habib Quraish Shihab dalam episode Shihab & Shihab bersama putrinya Najwa Shihab mengenai bagaimana menghadapi kematian orang yang tersayang.

Seperti yang kita tahu bahwa tidak akan mudah bagi siapapun ketika ia ditinggalkan oleh seorang yang tersayang untuk selamanya. Terpukul dan sedih adalah reaksi alamiah yang akan manusia ekspresikan. Barang tentu perasaan sedih yang muncul itu tidak sebentar, bahkan tidak jarang seseorang sampai larut dalam kesedihan tersebut. Sebetulnya, bagaimana manusia bersikap ketika menghadapi hal ini?

Kalimat Istirja’

Habib Quraish memaparkan bahwa ada ucapan yang diajarkan Al-Qur’an yang tidak diajarkan kepada umat-umat yang terdahulu dan ucapan ini hanya diajarkan untuk umat nabi Muhammad SAW, yakni ucapan:

إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون..

“..sesungguhnya kami semua milik Allah, dan kepada Allah juga kami kembali”.

Kalimat tersebut adalah pengingat bahwa apa yang kita miliki sebenarnya adalah milik Tuhan. Habib Quraish mengibaratkan sebuah pulpen milik diri sendiri dan orang lain ketika pulpen tersebut hilang. Kita tentu sedih ketika yang hilang itu pulpen adalah milik diri sendiri. Tetapi tidak, jika yang hilang adalah pulpen milik orang lain. 

Sebetulnya kita akan terus merasa kesulitan, ketika kita terus menganggap bahwa semua miliki saat ini adalah milik kita. Tidak jarang kita menganggap bahwa ketika sesuatu tersebut ada bersama kita, ia akan lebih baik. Pemikiran yang keliru ini yang perlu diluruskan dengan menganggap bahwa kematian seorang yang tersayang ini berarti ia kembali kepada Tuhan Yang Maha Baik, dan tentu saja ia akan lebih baik dan percaya bahwa kita akan bertemu kembali di akhirat kelak.

Kemudian, hal ini tidak menjadikan rasa sedih itu dilarang, karena Nabi Muhammad SAW ketika wafatnya orang tersayangnya, beliau menangis. Sampai-sampai seorang Sahabat merasa heran dan bertanya ketika beliau menangis “wahai Nabi apa ini?”. Nabi menjawab “ini rahmat.” 

Begitulah kiranya, ketika kita telah memahami betul hakikat harta dan orang-orang yang tersayang itu adalah titipan Tuhan, kapanpun Tuhan akan mengambil kita harus mengembalikannya. Meskipun dengan rasa sedih di dalam dada, percayalah hal baik sudah Tuhan siapkan bagi setiap hamba-Nya.

Oleh : Nadiya Qothrunnada

Sumber : Kanal Youtube

Photo by www.istockphoto.com