Pada zaman Nabi kedua, yaitu Nabi Idris, pernikahan sudah tidak boleh lagi dilakukan dengan saudara kandung. Saat itu, Nabi Idris masih bisa melihat malaikat karena malaikat belum ghaib tapi masih tampak.
Namun, suatu hari Nabi Idris merasakan bosan dan sumpek dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umatnya yang ngeyel. “Ya Idris, kamu ngajak kami untuk masuk surga apakah kamu pernah lihat surga?”, lalu Nabi Idris menjawab “Nanti kalau kamu nakal kamu masuk neraka”, dan umatnya pun kembali menjawab dengan kengeyelannya “Apa kamu melihat neraka Ya Idris?”. Setiap hari begitu karena umatnya tidak melihat surga dan neraka.
Nabi Idris pun mulai memikirkan bagaimana caranya masuk ke surga agar saat ditanya umatnya beliau bisa menjawab. Karena saat itu beliau masih bisa melihat malaikat, maka terbesitlah pemikiran untuk bertanya kepada salah satu di antara mereka dan terpilihlah malaikat matahari. Ketika melihat malaikat matahari, Nabi Idris berkata dalam hati “Ya Allah kasihan itu malaikat matahari, panasnya menyengat dan dia keringatan,” kemudian Nabi Idris meminta kepada Allah agar suhu panas matahari diturunkan, dan dibuat lebih dingin. Seketika itu malaikat matahari tidak merasakan panas.
“Ya Allah kok tumben dingin?” tanya malaikat matahari dengan heran.
“Oh iya, didoakan oleh Nabiku namanya Idris” jawab Allah.
“Dimana ya Allah?”
“Di dunia, itu di bumi”
“Kalau begitu Ya Allah, boleh tidak saya cuti untuk berterima kasih kepada Nabi Idris”
“Ya silakan sana”
Tak lama kemudian malaikat matahari turun dan menemui Nabi Idris untuk mengucapkan terima kasih. Lalu Nabi Idris tiba-tiba bertanya “Ya malaikat, jika kamu turun ke bumi lalu nanti nasib matahari kalau gelundung siapa yang mikul?”. Malaikat langsung menjawab dengan gagah, “Oh ndak, masih banyak temanku di sana, lah aku koordinatornya, aku kepala bidangnya kok.” Kemudian Nabi Idris meneruskan pertanyaannya, “Oh berarti malaikat banyak? Lalu siapa yang paling galak?” , malaikat pun menjawab “Oh iya, itu temanku namanya Izrail.”
Tak lama dari itu maka betemulah Nabi Idris dengan malaikat Izrail. Saat itu Nabi Idris ketakutan dengan tampilan malaikat Izrail yang garang dan sapanya kepada Nabi Idris yang menakutkan. Tapi, malaikat matahari kemudian berkata pada malaikat izrail “Ya Izrail, jangan galak dengan temanku, dia Nabi Allah, Nabi Idris. Datang ke sini kepadamu katanya ingin merasakan mati. Agar jika ditanya umatnya beliau bisa menjawab tentang surga dan neraka.” Izrail pun menjawab “Oh ya sudah tidur saja, nanti akan ku cabut nyawanya”
Sepuluh menit kemudian nyawa Nabi Idris dikembalikan lagi. Lalu pertanyaan kembali dilontarkan kepada malaikat Izrail, “Aku mati lalu dikembalikan di sini, lalu mereka yang mati namun tak kembali berada di mana Ya Izrail?
“Mereka yang baik aku titipkan pada temanku Malaikat Ridwan, dan mereka yang jahat aku titipkan pada temanku malaikat Malik,” jawab malaikat Izrail.
“Boleh aku pergi ke sana?”, pinta Nabi Idris ke malaikat Izrail.
“Oh ya boleh, mereka temanku kok.” Jawab malaikat Izrail.
Berlanjutlah Nabi Idris untuk mengunjungi teman malaikat Izrail, yaitu malaikat Ridwan dan malaikat Malik. Lalu berjalanlah untuk menengok neraka, melewati shiratal mustaqim dan masuklah ke surga.
Begitu di surga, Nabi Idris takjub dengan keindahan dan kenikmatan yang tiada tara. Yang tak pernah dirasakan sebelumnya di dunia. Mau makan hanya membayangkan saja tiba-tiba sudah ada di pangkuan, mau minum pun begitu nikmatnya. Tambah lagi banyak bidadari yang cantik-cantik tanpa kesusahan mencari. Tiba-tiba malaikat Ridwan berkata “Yaa Idris, waktumu di surga sudah habis, kembali lah kau ke bumi dan ceritakan pada umatmu apa yang kau lihat dan rasakan di surga”. Tapi Nabi Idris menolak, beliau enggan kembali ke bumi. “Loh syaratnya di sini harus mati dulu, harus lewat neraka juga”, ungkap Malaikat Ridwan. Tak mau kalah, Nabi Idris pun menjawab “Sudah terpenuhi semua syaratnya, tanya ke temanmu Izrail dan Malik kalau tidak percaya.”
Akhirnya Nabi Idris pun tidak kembali ke bumi dan tetap berada di surga. Nasib umatnya pun masih menunggu jawaban tentang surga dan neraka sampai hari ini. Kaum Nabi Idris disebut kaum Shabi’in, yaitu kaum yang kehilangan Nabinya di langit. Sekarang dikenal dengan nama Shabi’ah Mandaiyun yang berada di antara Iran dan Irak.
Disarikan dari tausiyah Gus Muwafiq
Oleh: Syarifah Zaidah