Manganmu enakono, turumu penakono, ngajimu kurangono, due utang ojo mbok sarutang. (Makanmu dibuat enak, tidurmu dibuat nyenyak, ngajimu dikurangi, punya hutang jangan dibayar hutangnya) !
Empat hal tersebut merupakan kunci yang harus dipegang seorang santri untuk ngaji. Terkesan berbanding terbalik dengan keadaan yang seharusnya memang, dan aneh jika didengar, tapi semua itu jangan dimaknai secara mentah-mentah ya! Semua itu ada makna yang sesungguhnya. Yuk simak baik-baik dan baca sampai akhir dan jangan lupa diamalkan!
Pertama, Manganmu enakono (makanmu dibuat enak). Maknanya yakni, jangan makan jika belum merasa lapar, karena kalau sudah merasa lapar makan dengan lauk apapun, bahkan makan hanya dengan sambal juga sudah sangat enak. Beda lagi kalau makan tapi belum merasa lapar.
Kedua, turumu penakono (tidurmu dibuat enak, dibuat nyenyak). Maknanya hampir sama dengan istilah pertama tadi, jangan tidur jika belum benar-benar mengantuk. Belajar melek wengi, belajar menikmati keindahan alam dengan membuka hati dan mengasah rasa pada malam hari, mensyukuri ciptaan Tuhan yang Maha Sempurna. Jangan malah malam hari dibuat kebanyakan overthinking, apalagi dibuat gibahin santri yang lain, atau malah gibahin kang santri komplek sebelah.
Ketiga, ngajimu kurangono (ngajimu dikurangi). Bukan dengan cara bolos ngaji dan meminimalisir kehadiran ngaji yaa, jangan salah paham dulu. Tapi maknanya yakni selalu merasa kurang saat mengaji, selalu merasa tidak puas. Selalu merasa bodoh, jadi dalam hati dan pikirannya ngaji, ngaji, dan ngaji.
Keempat, due utang ojo mbok sarutang (punya hutang jangan dibayar hutangnya). Bukan hutang duit loh ya yang dimaksud, tapi hutang tidur. Misalnya saja ada acara pondok satu malam suntuk dan tidur hanya beberapa jam saja lalu sudah berkumandang azan subuh. Setelah shalat subuh jangan lalu tidur bablas sampai siang dengan niat membayar hutang tidur semalam. Karena nantinya semua pekerjaan pasti akan terbengkalai, yang kuliah bisa jadi kosong presensinya dan yang bekerja pun bisa mendapat teguran dari atasan karena terlambat atau bahkan bolos kerja.
Nah, kurang lebih penjelasanya seperti itu. Keempat hal tersebut berlaku sebagai pegangan atau dalam istilah jawa disebut cekelan untuk laku tirakat seorang santri. Apa guna menyandang status santri jika tanpa laku tirakat? Sangat eman-eman.
Ada satu lagi nih wejangan atau cekelan yang biasanya kyai/ulama salaf berikan kepada santrinya, yakni turu longan, mangan longan. Bukan tidur dan makan di longan dengan arti kolong yaa, tetapi artinya dikurangi. Makannya dikurangi, tidurnya dikurangi. Caranya bagaimana? Yang pertama tidurnya dikurangi, dengan melek wengi, tafakur alam, nderes Al-Qur’an, murajaah hafalan, tahajud, dan amalan lain sebagainya yang bertujuan untuk membersihkan hati. Jika sudah bersih hatinya akan mudah menerima ilmu-ilmu baru. Yang kedua yakni makannya dikurangi yakni dengan laku puasa, boleh senin kamis, puasa ndaud, puasa ayyamul bidh, puasa ngrowot atau yang lainnya. Selain menahan lapar dan haus juga berguna untuk mengontrol emosi dan juga hawa nafsu yang tidak baik.
Sudah cukup jelas kan ya? Kalau masih belum jelas boleh loh dibaca ulang dari atas, perlahan tapi pasti, diresapi maknanya sampai ke hati. Jangan lupa diamalkan dan ajak kawan santrimu untuk tirakat bareng, satu lagi jangan lupa kirim fatihah untuk guru-guru tercinta kita ya!
Oleh: Syarifah Zaidah