Komplek Q kedatangan juara bertubi-tubi?
Sebenernya sudah biasa sih (haha), yang nggak biasa itu momennya. Di saat pandemi seperti ini, aku yang sudah pasti sebagai bagian dari mereka sangat mengapresiasi ikhtiar dan semangat berkompetisi santri-santri Komplek Q untuk mempertahankan eksistensinya. Apalagi katanya ada yang rela nggak tidur dan merasa diteror oleh deadline. Hiii… Lebih seram dari tembakannya staf di series Squid Game, bukan?
Bagaimana tidak? Persyaratan yang ditawarkan dalam perlombaan saat pandemi ini bisa dibilang ribet, ghaes. Sebagian besar perlombaan mewajibkan pesertanya untuk mengirimkan video, pada tahap ini menurutku justru sangat tidak mudah karena peserta dituntut untuk perfect dengan banyaknya kesempatan untuk dapat mengulang take video yang benar-benar mengcape itu. Belum lagi harus meng-upload video perlombaan tersebut lalu mengerahkan semua buzzer (yang pasti tanpa bayaran) untuk andil dalam pergulatan kompetisi ini sehingga mencapai yang disebut viralitas (ya kalo kalian udah liat status di WhatsApp kalian dan dalam sebaris panjang itu isi statusnya sama semua, yaudah itu dah). Padahal kan kalau lomba langsung (on the spot) yang sudah ya sudah, deg-degannya di awal doang, habis itu tinggal dikuatkan doanya, kalaupun belum juara yang penting dapat jalan-jalannya. Bukan begitu, kita?
Tapi di balik kebanggaanku itu, sebenarnya ada kebanggaan lain yang tersirat. Alkisah, berawal dari hasil berbalas pesan antara aku dengan rekan kampusku yang notabene-nya dia juga seorang santri. Awalnya dia mengomentari status WhatsApp milikku—yang sudah hampir titik-titik itu—yang saat ini memang sedang menunjukkan hype kebahagiaan karena dampak dari buwanyaknya kejuaraan yang diperoleh pondokku komplek Q tercinta yang selalu di hati ini dalam mengikuti suatu perlombaan, salah satunya adalah dalam rangka Hari Santri Nasional yang diadakan oleh PCNU Bantul.
“Sedih bet gaada lomba2 apapun” keluhnya.
“HSN taun ini ga berasa, HSN DIY taun ini gaada lomba” imbuhnya.
Penafsiran dari kalimat yang diungkapkannya itu menunjukkan bahwa dia mengeluhkan posisi pondoknya yang secara konteks geografis berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang ternyata pada tahun ini PCNU DIY tidak membuka wadah bagi Pondok Pesantren di wilayah DIY untuk mengikuti berbagai macam lomba dalam rangka memeriahkan Hari Santri Nasional 2021, sehingga dia tidak merasakan hype peringatan Hari Santri pada tahun ini. Sangat disayangkan, padahal menurutku peringatan Hari Santri Nasional 2021 kali ini punya vibes sebagai ajang menghidupkan kembali marwah pesantren yang telah lama tertimbun corona.
Dari percakapan singkat itu, aku teringat suatu fakta mengenai komplek Q yang memiliki banyak gedung dengan letak geografis yang berbeda-beda, salah satunya adalah letak antara ndalem lor dan ndalem kidul.
Dari fakta tersebut, dengan liciknya aku menarik kesimpulan yang jika diungkapkan akan berbunyi:
“wahh, kudu bersyukur nih jadi santri komplek Q. Fleksibel. Misalpun ada lomba yang syaratnya mewajibkan diikuti oleh warga Bantul, bisa alasan beralamat di Bantul. Kalau ada lomba yang syaratnya mewajibkan untuk warga Yogyakarta, bisa pake alamat Yogyakarta. Toh, Kita Komplek Q. Hmm dari letak geografisnya saja sudah multifungsi wajar banget sih kalo santrinya pun multitalent, multitasking, multidisiplin, multikultur, dan multimulti yang lain. Hahaa”
Oleh: Fitria NF Oct
Foto: Dokumentasi Pribadi