Himbauan dari pemerintah untuk #stayathome mengakibatkan kegiatan di luar rumah sangat dibatasi. Memang membosankan jika harus belajar, dan bekerja di rumah saja terutama bagi kalian yang lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah, sehingga bisa bertemu dengan teman-teman, berbagi canda tawa, dan sebagainya. Namun, perlu disadari bahwa ini demi kepentingan kita semua, jadi jangan egois yaaa..
Justru #stayathome adalah momen berharga untuk memperbaiki kualitas ibadah kita. Momen ini jangan hanya dihabiskan untuk rebahan semata. Rebahan memang perlu, tapi secukupnya saja, jangan terlalu berlebihan. Sebagaimana Kementerian Agama mengimbau umat muslim untuk meningkatan kualitas ibadah Ramadan di rumah selama darurat bencana pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Menindaklanjuti kebijakan tersebut, berikut tips untuk meningkatkan kualitas ibadah selama masa karantina :
Muraqabah (senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT)
Di era modern ini hampir setiap ruang terdapat alat pengawas berupa kamera CCTV yang salah satu fungsinya digunakan oleh atasan untuk memantau segala pekerjaan yang dilakukan oleh pekerjanya. Sehingga para pekerja akan memperindah dan memaksimalkan pekerjaannya karena merasa diawasi oleh atasannya. Lalu, bagaimana sikap kita dengan Dzat yang tidak pernah luput pengawasannya terhadap kita, tidak pernah mengantuk dan tidur dalam mengawasi sehingga segala gerak-gerik kita dilihat oleh-Nya. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. An-Nisa: 1
إنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا…
“Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Memang sudah semestinya kita menumbuhkan dan menanamkan dalam hati agar senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT yang Maha Melihat, Mengawasi dan Mengetahui apa yang kita lakukan. Sehingga kita akan berusaha sebaik mungkin berbuat untuk Allah SWT, beribadah kepada Allah SWT dan menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia. Keyakinan seperti ini yang harus senantiasa ditanam dan dipupuk dalam hati kita sehingga ibadah kita dihadapan Allah SWT meningkat dan berkualitas.
Beribadah dengan Kecintaan
من احب لله وابغض لله واعطى لله ومنع لله فقد استكمل الايمان
“Barang siapa yang cinta karena Allah, SWT benci karena Allah SWT, memberi karena Allah SWT, menahan karena Allah SWT, sesungguhnya orang itu mendapat kesempurnaan iman.” (HR. Abu Dawud)
Beribadah akan terasa nikmat bila ada cinta dan rindu di dalamnya, bukan hanya beribadah untuk menggugurkan kewajiban. Dengan adanya rasa cinta kita terhadap ibadah, maka kita akan senantiasa melaksanakannya dengan suka cita dan tidak merasa terbebani oleh ibadah tersebut. Oleh karena itu, jalan yang dapat ditempuh untuk memperoleh kenikmatan beribadah dan agar terhindar dari sikap malas, hendaknya selalu mencari dan menambah konsentrasi dalam beribadah.
Ibadah dengan Ikhlas
Nilai ikhlas dalam beribadah bukanlah diperoleh secara tiba-tiba, akan tetapi memerlukan upaya dan ikhtiar yang tak putus-putus. Kita bisa memulainya dengan melaksanakan amalan-amalan hanya untuk meraih ridho Allah SWT bukan karena ingin dipandang baik oleh orang lain. Hendaknya hal tersebut dilakukan secara terus menerus hingga saat beribadah dalam hati kita tidak peduli akan pujian dan hinaan orang, tidak pernah mengingat-ingat ibadah yang pernah kita lakukan, serta hanya berharap akan ke-ridloan Allah semata. Dengan itu semua, akan melatih kita untuk ikhlas dalam beribadah. Untuk menjaga agar tetap ikhlas beribadah, selalu kritisi ibadah yang kita lakukan. Lihatlah kekurangannya, dan selalu mohon ampun atas kekurangan kita dalam beribadah serta berdoa kepada Allah SWT supaya selalu diberikan hati yang ikhlas dalam beribadah.
Berdo’a
Rasulullah saw bersabda,
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Aku memberikanmu nasehat, wahai mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat(di akhir shalat sebelum salam) bacaan doa : Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah yang baik pada-Mu). (HR. Muslim)
Dalam hadits tersebut sangat jelas bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita panduan untuk berdoa. Berdoa untuk meminta pertolongan agar senantiasa tetap bisa beribadah dan dikukuhkan dalam perihal ibadah kepada Allah SWT. Dalam do’a tersebut juga meminta kepada Allah SWT supaya kita senantiasa mengingat Allah SWT dengan segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya dan segala sifat-Nya yang mulia sehingga akan menimbulkan rasa syukur. Ketika rasa syukur telah timbul di dalam diri, maka seseorang akan memperbagus amal ibadahnya. Oleh karena itu, sangat luar biasa sekali peran do’a di dalam kehidupan, khususnya dalam memperbaiki ibadah kita. Sehingga tak heran Rasul bersabda bahwa do’a adalah senjata dari orang yang beriman.
Ibadah merupakan suatu bentuk ikatan antara makhluk dan khaliqnya, juga menjadi penghubung antar sesama manusia. Selama tali tersebut masih terhubung, maka keserasian, keselarasan, kesatuan dan keutuhan manusia akan terjaga dalam naungan dan bimbingan Al Khaliq serta terjalin kedamaian sesama manusia. Di bulan Ramadhan yang bersamaan dengan masa karantina ini, yuk bersama-sama kita meningkatkan kualitas ibadah kita agar ikatan hubungan kita baik dengan Sang Khaliq maupun dengan makhluk-Nya agar semakin kukuh.
Tetap #stayathome, #stayhealth dan #staypray
Referensi :
https://koransinarpagijuara.com
https://m.hidayatullah.com
Oleh : Noor Fadzilah