Dibalik kebisuan

Dibalik Kebisuan Yang Penuh Ketenangan

Diposting pada

Selama ini kita melihat bentuk ideal dari sifat manusia adalah mereka yang memiliki kecakapan dan kemampuan bersosialisasi dengan baik. Mereka yang mampu dengan sigap hadir di depan orang banyak dan mereka yang berani mengutarakan pendapat dengan tampil di depan layar.  Stigma ini seolah-olah membuat manusia harus hadir dalam dalam satu bentuk yang sama. Padahal pada dasarnya sifat manusia terbagi dua kategori dasar, introvet dan ekstrovet. Ekstrovet adalah  mereka yang mengekspresikan dirinya dalam situasi sosial ramai. Sedangkan introvet kebalikannya, mereka adalah kategori individu yang suka menghabiskan waktunya dengan dirinya sendiri tanpa orang lain. Padahal dibalik kebisuan yang penuh ketenangan terdapat berbagai hal yang orang introvet lakukan. Karena yang dia butuhkan hanya ketenangan itu.

Mirisnya klaim masyarakat yang sedemikian ini menempatkan introvet sebagai manusia bagian nomor dua, mereka yang kurang dalam sosialisasinya, kurang dalam ragam bicaranya, dan mereka yang suka dalam keheningan mengkategorikan sebagai manusia nomor sekian.Padahal pemilik kebribadian ini cenderung lebih nyaman jika berpikir dan bertindak dalam keheningan. Introvet menyiapkan pemikiran yang matang dalam keheningan mereka. Mereka merasa nyaman apabila tidak berhadapan dengan khalayak yang ramai. Mereka merasa dalam keheningan itu ada energi yang masuk dalam diri mereka. 

Baca juga Mindset Sederhana Wujudkan Resolusi 2022

Lalu sebenarnya apa yang mereka sembunyikan dari keheningan itu?

  1. Memiliki ide out of the box. Orang introvet cenderung memiliki aturan sendiri. Mereka kurang suka berkerumun dengan orang banyak. Dalam keheningannya mereka cenderung memikirkan imajinasi secara matang.
  2. Introvet memiliki potensi untuk menjadi pemimpin. Inilah yang menarik, penyebab potensi ini tak lain karena seorang yang introvet memiliki sikap yang lebih kalem dan tenang sehingga cocok jika menjadi pihak penengah, dibalik sikapnya yang dingin dan tenang mereka secara diam-diam dapat menghasilkan ide yang cemerlang. Namun pemimpin introvet lebih cocok untuk team yang sudah memiliki tujuan dan sistem kerja yang jelas. Salah satu kelebihanya lagi ialah mereka dapat menghadapi masalah dengan santai.
Baca juga Wafatnya Panglima Hebat Kesayangan Rasulullah, Zaid bin Haritsah

Dengan berbagai kelebihan tersebut, apakah kesenjangan dalam kepribadaian masih relevan dalam masyarakat? Bukankah kita sudah melihat bahwa introvet hanya butuh sedikit ruang untuk meng-charge energi mereka? Sudah sepatutnya kita bisa hidup berdampingan tanpa membedakan satu sama lain. 

Oleh: Hanifa Nur Rahmania

Sumber:

Photo by Igor Cancarevic on Unsplash