Rahmi hanya menurut, karena tidak mungkin melawan bukan?
Bu Laili mendekat juga ke arah Rahmi dan Bu Rumi. “Nah iya nih, Rahmi, ayo berikan pencerahan kepada kami. Hukum mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada umat Nasrani itu gimana to jane, Nduk? Opo iya, haram seperti kata Bu Rumi?”
“Iki loh didengarkan ibu-ibu,” timpal Bu Rumi bersemangat seakan yakin 100% bahwa ia pasti benar.
Rahmi tersenyum sekilas, mengatur napas dan mencoba rileks. Karena tentunya tidak mudah untuk menjelaskan perkara yang sudah sering diperdebatkan itu. “Ngapunten nggih Ibu-ibu sekalian, karena sedang pada membicarakan status di Instagram, yuk kita buka Instagram Buya Husein. Kalau nggak salah, di situ saya kemarin menemukan 5 postingan beliau yang insyaallah bisa menjawab pertanyaan Ibu-ibu semua.”
Bu Jannah mendekati Rahmi sembari membawa HP, ” yang ini bukan, Mi, postingannya?”
“Nggih Bu Nah, leres niku. Coba postingan yang keempat, di situ Buya Husein telah menjelaskan fatwanya. Melalui hal itu dapat kita ketahui bahwa ini perihal toleransi, nggih, Ibu-ibu sekalian. Jadi, bukan persoalan akidah. Itulah mengapa Buya menjelaskan bahwa dibolehkannya mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada umat Nasrani, yang mana memiliki tujuan untuk menunjukkan sikap toleransi dan moderasi antar umat beragama, tak terkecuali bagi kita umat Islam. Harapannya ini akan menumbuhkan semangat persaudaraan sebangsa dan setanah air, menjaga hubungan harmonis antar tetangga, teman, relasi, serta semua umat.”
“Cocok ini saya sama Rahmi,” Bu Laili menimpali dengan sumringah.
“Wah ngapunten lho Ibu-ibu sekalian jika ada kata-kata saya yang kurang pas. Saya bicara begini bukan bermaksud menggurui, di sini kita semua sama-sama sedang belajar. Saya hanya ingin mencoba meluruskan pandangan Ibu-ibu. Saya mengambil pemikiran dari Buya Husein karena beliau adalah salah satu ulama yang insyaallah kita kenal dengan baik, di seluruh negeri ini.”
“Walah ya bener ini kata Rahmi, di kelima postingan Buya Husein ini lumayan jelas alasannya juga. Nanti ini saya share ke grub ibu-ibu saja ya?” Semangat bu Laili tampak semakin menggebu. Sementara Bu Rumi masih fokus membaca Instagram melalui HP.
“Ya sudah karena selepas saya baca juga. Ternyata selama ini pemikiran saya keliru tentang hukum mengucapkan Natal ini. Mohon maaf nggih. Makasih lho, Rahmi, kami jadi tahu hukumnya beserta penjelasannya,” Bu Rumi tersenyum dengan malu, namun tampaknya ia bisa legowo jadi tidak menyimpan kedongkolan.
“Nggak apa Bu Rum, bukan salah Njenengan tok kok. Kami juga awalnya berpikir hal yang sama,” Bu Jannah ikut menimpali dengan suara santai.
Rahmi tersenyum lega, tampak ada beban yang terlepas dari pundaknya, “alhamdulillah.”
Melihat matahari mulai meninggi, “Ibu-ibu mohon maaf saya duluan nggih, ini kasihan tempenya ditunggu mau di goreng sama Ibu di rumah.”
“Walah iya ini, jebule wis siang iki Bu,” terdengar ibu-ibu yang lain kasak-kusuk panik setelah mendengar penuturan Bu Laili. Mereka segera membayar belanjaannya dan bubar ke rumah masing-masing.
Oleh: Desi Nur Istanti dan Eka Novitha
Foto oleh Nandhu Kumar dari Pexels