Keberkahan Menghadiahkan Al-Fatihah

Keberkahan Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Pengarang Kitab atau Ulama

Diposting pada

Di pondok pesantren tentu tidak asing lagi dengan kata hadrah atau menghadiahkan surat Al-Fatihah. Setiap memulai suatu kajian kitab kuning atau kajian-kajian lainnya tidak pernah lupa menghadiahkan Al-Fatihah untuk pengarang kitab maupun ulama. Hal ini menjadi suatu tradisi belajar di pesantren yang setiap kali belajar diawali dengan kirim Al-Fatihah mulai Kanjeng Nabi Muhammad saw. hingga para muallif dan juga para ulama. Dengan harapan mendapatkan keberkahan dari menghadiahkan Al-Fatihah itu.

Beliau juga menukil sebuah pendapat dari Imam al-Ghazali tentang ilmu pengetahuan bahwa “ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang yang belakangan itu bukanlah semata mata pengetahuan yang muncul dari dirinya melainkan ada keterkaitan dengan orang terdahulu terutama para ulama”.  

Hal ini banyak di sekitar kita bahwa banyak orang yang memproduksi quote, tapi tidak semua orang yang memproduksi ulang quote mengakui bahwa keberhasilan membuat quote itu semata-mata dari berkah, jasa, dan ilmu dari para ulama terdahulu. 

Berbeda dengan di pondok pesantren yang mendapat pengajaran untuk membiasakan dengan menghargai jasa dan ilmu dari ulama terdahulu, sehingga ada istilah hadrah atau hadiah Al-Fatihah kepada aimmatun mujtahidin atau al-khulafaurrosyidin agar berkah atau bermanfaat  ilmunya. Seandainya menemukan ilmu pengetahuan dalam mendalami sebuah materi sering menukil dari berbagai pendapat untuk memperkuat dan memperjelas pemahaman kita. Jika terdapat pemahaman yang sebenarnya tidak baru tapi merupakan pemahaman dari ulama terdahulu sehingga sebagai langkah ta’adduban, ta’dziman, wa tabarrukan.

Setidaknya kita menyambung dengan para ulama terdahulu dengan cara kirim Al-Fatihah. Dengan demikian, begitu jelas ilmu yang kita peroleh menyambung dengan para ulama dan tentunya sejak awal kita sudah membentengi diri agar tidak sombong dengan beranggapan bahwa ilmu yang kita dapat atau produksi quote itu milik kita dan sebuah teori kita.

Sejatinya ilmu-ilmu itu sudah ada sejak dulu dan pada masa ini tentunya kita hanyalah seorang tukang cover. Kajian ilmu dalam kitab yang kita pelajari dalam pondok pesantren ilmunya urut ke atas dan selalu ada sambungan ataupun sumbernya sehingga sampai pada Baginda Rasulullah saw. sebagai uswatun hasanah. Tentunya menjadi potret langsung oleh para sahabat sehingga turun kepada seorang tabi’in tabiat para ulama para muarrif sejarawan kemudian sampai kepada kita sebuah ilmu dalam bentuk kitab yang bisa kita pelajari saat ini.

 

Oleh: Etika Shovi Nur Izzati

Sumber: Pengajian Kitab Dirosah fi Banati Nabi oleh Ustaz Tajul Muluk 

Photo by Jeremy Yap on Unsplash