Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat pada 22 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634 M. Kitab al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa penyebab sakit dan wafatnya Abu Bakar adalah karena keracunan makanan berupa khazirah atau daging yang telah lewat satu hari. Karena bercampur dengan tepung setelah pengolahan, dan kemudian beliau merasa sakit dan wafat 1 tahun setelahnya. Terdapat juga riwayat lain yang mengatakan bahwa penyebab sakit dan wafatnya Abu Bakar adalah demam karena mandi di waktu musim dingin.
Sebagai sosok pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab, menjelang wafanya, Abu Bakar tetap sibuk mengurus umat Islam termasuk mengenai kepemimpinan setelahnya. Berbagai nasihat beliau sampaikan kepada anaknya dan juga khalifah yang akan menggantikannya. Salah satu nasihatnya adalah mengingatkan akan senantiasa takut dan takwa kepada Allah, dan selalu ingat bahwa adanya kehidupan selanjutnya yang bersifat abadi. Nasihat Abu Bakar tersebut terdapat di QS.Qaff : 19.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
Abu Bakar bin Abdullah bin Abi Dunya dalam kitabnya yang berjudul Al-Muhtadharrun meriwayatkan bahwa sebelum meninggalnya Abu Bakar, beliau berpesan kepada Umar bin Khattab yang berbunyi:
“Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah Swt. Sesungguhnya ada perbuatan yang harus dikerjakan untuk Allah pada malam hari dan Allah tidak menerima jika dikerjakan pada siang hari. Ada juga perbuatan yang harus dikerjakan untuk Allah pada siang hari dan Allah tidak menerima jika dikerjakan pada malam hari. Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan yang sunnah sebelum melaksanakan yang wajib.
Baca Juga Pengangkatan Ummar bin Khattab
Ketahuilah bahwa orang-orang yang memiliki timbangan amalan kebaikan yang berat di akhirat, adalah mereka yang selalu mengikuti kebenaran di dunia. Kebenaran itulah yang memberatkan timbangan mereka. Sungguh, timbangan tidak akan menjadi berat kecuali di atasnya ada kebenaran. Adapun orang-orang yang memiliki timbangan amal kebaikan yang ringan di akhirat adalah mereka yang mengikuti kebatilan selama hidup di dunia. Kebatilan itulah yang membuat timbangan mereka menjadi ringan. Sungguh, timbangan tidak akan menjadi ringan kecuali di atasnya ada kebatilan.
Baca juga Wafatnya Panglima Hebat Kesayangan Rasulullah Zaid bin Haritsah
Tidakkah engkau tahu bahwa Allah menurunkan ayat yang mengandung harapan bersamaan dengan ayat yang mengandung kesulitan, dan ayat yang mengandung kesulitan bersamaan ayat yang mengandung harapan? Hal ini bertujuan agar manusia selalu berharap dan takut kepada Allah, tidak membinasakan dirinya serta tidak memohon kepada Allah pada sesuatu yang tidak benar. Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tak ada satu pun yang paling engkau senangi dari yang hal yang gaib kecuali kematian. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tak ada satu pun yang paling engkau benci dari yang hal yang gaib kecuali kematian. Engkau pasti bisa melakukannya”.
Dalamnya rasa cinta Abu Bakar terhadap Rasulullah, pada menjelang wafatnya, Abu Bakar berpesan kepada ‘Aisyah bahwa beliau ingin baju yang biasa beliau gunakan ketika salat berjamaah bersama Rasulullah sebagai kain kafan. ‘Aisyah menawarkan untuk membeli kain kafan yang baru. Mengingat baju tersebut telah usang, namun Abu Bakar menolaknya. “Orang hidup lebih berhak atas sesuatu yang baru ketimbang orang mati.” Terangnya.
Pernyataan Abu Bakar di atas mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia hanya bersifat sementara. Harta benda yang kita miliki di dunia tidak ada artinya apabila kita sudah menemui ajal dan telah berada di alam kubur.
Oleh: Husna Nailufar
foto: Pinterest by dollyana15.deviantart.com
Sumber:
islami.co