Berbicara soal cinta, cinta merupakan sebuah permainan antara dua pihak. Keduanya bisa sama-sama menang atau kalah. Layaknya sepeda, ketika kita sudah mahir memainkannya di jalan terjal sekalipun, kita dapat berjalan di atasnya. Cinta adalah dialog antara dua aku. Ketika kita memaksakan kehendak dan tidak mau berdialog dengan yang lain, maka ini bukan cinta. Dalam syair lagu disebutkan “rasa cinta pasti ada pada makhluk yang bernyawa” ini artinya tiap-tiap yang bernyawa pasti memiliki rasa cinta, hewan sekalipun memiliki cinta.
Jalaluddin Ar Rumi dalam syairnya:
Akan ku sampaikan kepadamu bagaimana Allah menciptakan manusia.
Dia menghembuskan ke tanah asal kejadiannya nafas-nafas cinta.
Ku sampaikan kepadamu mengapa planet beredar pada garis edarnya, itu karena singgasananya di liputi oleh pancaran cinta.
Ku sampaikan kepadamu mengapa angin pagi berhembus segar, itu karena ia ingin bangun menghembus kembang-kembang cinta.
Ku sampaikan kepadamu mengapa malam terngkai kegelapannya, karena ia mengajak kita berdo’a di pembaringan cinta.
Ku jelaskan padamu teka-teki wujud, jawaban setiap teka-teki tak lain kecuali cinta.
Problematika yang terjadi saat ini ialah cinta sudah hilang, yang ada hanyalah kebencian. Padahal dengan cinta semua persoalan dapat diselesaikan.
Dalam syair Ibnu Aroby pun menyairkan:
Aku sebelum ini menolak temanku karena agamaku tidak dekat dengan agamanya.Tapi kini aku dapat menerima aneka bentuk, ia arena penggembalaan kijang juga biara pendeta, rumah aneka berhala juga Ka’bah bagi yang tawaf, juga lembaran-lembaran taurat dan mushaf al qur’an. Aku menganut agama cinta, kemana pun ia mengarah. Cinta adalah agamaku dan cinta adalah imanku.
Disebutkan bahwa “Cinta adalah Agamaku” dan Agama cinta ini hanya dapat dianut oleh orang-orang yang hatinya bersih. Semua agama mengajarkan cinta, tidak terkecuali agama Islam. Bagaimana Islam mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri. Saat kita menginginkan suatu keadilan, maka kita jangan ambil keadilan orang lain. Pun, jika tidak bisa memuji orang lain, jangan melukai. Jika tidak bisa menyelamatkan yang lain, jangan menjerumuskan. Jika tidak dapat memberi hak orang lain, jangan mengambilnya dari orang lain. Ini cinta yang akhir-akhir ini mulai hilang.
Adapun tanda-tanda cinta menurut Ibnu sina (Avicienna) cinta itu penyakit. Ia akan memperbudak yang dicintainya . Dan ini salah satu tanda cinta, dimana ia akan mengikuti apa saja yang diperintah seseorang yang dicintainya. Tapi bagaimana dengan yang mengaku cinta Tuhan, tetapi durhaka? Harusnya yang cinta itu patuh dan banyak menyebut-nyebutnya.
Allah memberi kemampuan kita untuk mencintai dan dicintai. Ada cinta, pun ada cemburu. Cinta menciptakan cemburu untuk melanggengkan kehadirannya, dan itu perlu asal pada tempatnya. Tidak semua hal ditempatkan cemburu, sebab ini dapat mematikan cinta itu sendiri. Nabi Muhammad SAW pun cemburu pada Sayyidah Aisyah. Ketika itu saat Rasul masuk kedalam rumah, beliau mendapati seorang lelaki sehingga wajahnya berubah (cemburu) maka Sayyidah Aisyah berkata “wahai nabi, ini saudaraku sesusuan”.
Jangankan manusia, Tuhan pun cemburu pada manusia yang sampai derajatnya di tingkat sufi ketika dia menoleh pada dunia walau sekedar kepada dunia.
Cinta ada dua wujudnya. Ada cinta yang datang Dari Allah dan juga cinta yang berasal dari setan. Mudah dibedakan antara cinta dari Tuhan dan dari setan. Jika cinta itu sesuai dengan tuntutan agama, maka ini cinta dari Allah. Jika bertentangan maka ini cinta yang berasal dari setan.
Maka Rasul bersabda
“siapa yang mencintai seseorang, sampaikan padanya bahwa engkau mencintainya”
Kenapa begitu?
Bisa saja ketika sedang mencintai seseorang, yang dicintai tidak sadar akan adanya hal ini. Maka dari itu cinta itu ada prosesnya, karena cinta itu tidak terbentuk kecuali jika sadar orang yang sedang di cintai itu memiliki sifat-sifat yang berkenan (sadar) di hati. Maka dari itu, ada pepatah yang mengatakan bahwa “tak kenal maka tak cinta” jadi, jika ingin terjalin cinta maka sampaikan.
Lalu bagaimana jika di tolak?
Sumber : https://youtu.be/PARA-js0L8
–
Oleh: Nadiya Qotrunnada
–
Foto: tribunnews.com