KH.R. Asnawi

KH.R. Asnawi: Pemilik Akhlak Bijaksana

Diposting pada

Siapa yang tidak mengenal KH.R.Asnawi? Salah satu dzurriyah dari Sunan Kudus ini adalah seorang ulama sufi pada zaman dahulu yang terkenal dengan kealimannya. Beliau lahir pada tahun 1281 H atau bertepatan pada tahun 1861 M, di Desa Damaran, Kec. Kota, Kab. Kudus. KH.R.Asnawi merupakan putra pertama dari H. Abdullah Husnin, seorang pedagang konveksi di Kudus. Beliau melepas masa lajangnya menikah dengan putri KH. Abdullah Faqih Langgardalem, Kudus. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua orang putra, yakni H. M. Zaini dan Masy’ari.

Pada saat bermukim di Makkah beliau menikah dengan Nyai Hj. Hamdanah. Dari pernikahannya tersebut dikaruniai tiga orang anak. Sewaktu kembali ke Kudus beliau dinikahkan dengan adik Khatib Khair di Kudus bernama Subandiyah tetapi tidak dianugerahi anak hingga wafat.

Baca juga Sebab Manusia Diangkat Derajatnya Oleh Allah

Semasa hidup, beliau sangat gemar mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar. Salah satu cerita masyhur yaitu beliau pernah kena tipu orang China dengan memakan daging babi. Pada mulanya, saat itu sedang berlangsung revolusi China. Orang China tersebut berniat untuk mempermalukan KH.R. Asnawi dengan cara memberikan daging babi yang mana dalam syari’at agama Islam daging tersebut hukumnya haram. KH. R. Asnawi mendapat undangan dalam perjamuan. Tanpa sepengetahuan beliau, ternyata daging dalam perjamuan adalah dagung babi. Setelah perjamuan selesai, orang China tersebut beliau baru memberi tahunya. Peristiwa ini terjadi di depan umum, termasuk di depan santri-santri KH.R. Asnawi.

” Pak Yai, tahu apa yang Anda makan?”

” Apa itu?”, tanya balik Kiai Asnawi

” Yang saya suguhkan ke kyai adalah daging babi celeng.”

Karena Raden Asnawi ini alim sekali, beliau dengan sikap santainya menyikapi orang China tersebut.

” Wah, Alhamdulillah… Yo Ci Ci, mungguh ora tau mok bodoni, aku ora tau mangan. Yo ngono ci pinter bodoni barang, ben aku weruh rasane daging babi.”

(Wah, Alhamdulillah Ci Ci, kalau tidak kamu tipu, aku tidak akan pernah tahu rasanya daging babi. Ya begitu Ci, kamu pinter menipu juga, supaya aku juga tahu rasanya daging babi)

Baca juga Keistimewaan Ayat Kursi

Akhirnya, orang China itu merasa malu sendiri karena ia mengira Kyai Raden Asnawi akan menanggung malu, tetapi malah sebaliknya. Beliau semakin percaya diri dalam menyikapi perkara tersebut. Dari kisah teladan tersebut, kita dapat mengambil ibrah bahwa dalam menyikapi orang yang tidak menyukai kita hanya perlu dengan sikap santai namun bijaksana.

Oleh: Mufidah Hidayatul Ilmi

Sumber:

laduni.id

dream.co.id

Pictured by pesantren.id