(Untuk semua guru di sepanjang kehidupan)   Engkau adalah nyawa bagi setiap setapak kehidupan Mengantarkan kami langkah demi langkah  Dengan penuh keikhlasan Menjadi manusia yang cakap dan pintar   Dulu, kami buta, tuli, dan bisu akan pengetahuan  Namun, engkau tidak memandang kami sebagai insan yang cacat Ridlomu bagi murid-muridmu menjadi

Aku seorang perempuan Yang menerima cacian, hinaan, juga disalahkan Aku seorang perempuan Yang terenggut hak berpendidikan Terluka fisik dan mental Terasingkan dari tanah kelahiran Terkucilkan dari lingkungan Terluka yang amat dalam Aku seorang perempuan yang seandainya melenyapkan jiwa sendiri diperbolehkan, aku akan lakukan. Sesakit itu aku, seterluka itu aku Namun,

Perempuan yah perempuan. Kau adalah makhluk yang terindah yang di ciptakan TUHAN. Pesonamu dan keindahanmu yang anggun. Hadirkan ketenangan dan ketentraman. Perempuan kau bisa jadi kelemahan kau juga bisa jadi kekuatan. Perempuan pesonamu yang penuh keindahan mengalahkan indahnya bulan purnama. Perempuan keindahanmu yang penuh sejuta pesona melebihi indahnya alam semesta.

Pernahkah kau berfikir? Bahwa mungkin memang hanya diri sendiri Satu-satunya yang mampu mengetahui Satu-satunya yang bisa mengerti Satu-satunya yang mahir memahami   Kau penat? Hey, Tak ada rumah yang lebih nyaman Daripada jiwa sendiri yang memberi pelukan Bukankah memang begitu adanya dari dahulu? Tidakkah kau bisa membaca? Tidakkah kau bisa

Dibalik semua itu Aku hanyalah seorang gadis biasa yang sedang menapaki setiap langkahnya Yang sedang mencari jalan keluar dalam setiap hiruk-pikuk nya Juga mencari sebuah kepastian akan masa depannya   Tak etis memang kalau dikata suka mengeluh seenaknya Namun bagaimana? Aku hanya bocah beranjak dewasa yang tak tau apa-apa Yang

Air tidak dapat digenggam Tapi tanah bisa menampungnya Api tidak dapat disentuh Tapi kayu bisa memeluknya Angin tidak dapat ditangkap Tapi beristirahat di atas batu   Jika dibiarkan begitu saja Apa pun yang ada dimana pun Akan terlihat sangat memesona Dan membuat berdecak kagum     Embusan napas yang keluar

Itu apa basah-basah? Di bawah bernoda Bau tanah   Itu kenapa coklat-coklat? Di celana, di sepatu Tak tahu malu   Di luar hujan, kau dengar?   Baca juga puisi Mimpi   Telinga koyak Jantungku tak berdetak Satu-satunya deras yang kudengar hanya di pipi   Tak peduli betapa takut diri ini

Mimpi, Aku pun manusia. Bisa luluh sebab sempurna. Padamu, mimpi-mimpiku tak tau malu, Pasca usangnya istilah “cinta tidak harus memiliki”, aku pun sewaras mereka yang ingin mendapatkanmu, Hanya saja, aku lebih dulu mencintai kemerdekaan. Aku tidak akan membawa diriku untuk merampas sesuatu, apapun darimu, Agar kau pun merdeka dalam menentukan

Apa yang Tuhan titipkan padanya Untuk disampaikan padaku? Apakah tentang sebuah laut Yang nyatanya tak selalu biru Ataukah mengenai sebuah langit Yang faktanya tak selalu biru Atau mungkin semua hal Memiliki warna biru-nya masing-masing? Apa yang Tuhan titipkan padanya Untuk disampaikan padaku? Mungkin hujan yang tetap garang Dengan atau tanpa

Biarkan ku awali dari belakang Ini bukanlah penutup,  Melainkan permulaan kisah yang akan dikenang Setengah dari kisahku meletup – letup Dan yang lain terperosok dalam jurang Tentangmu sosok yang terus berucap Tentangku yang hidup dalam bayang – bayang   Ada kalanya kata tak enak terdengar beradu juga ada masa tawa