Mari Merawat Alam untuk Diri Kita Sendiri

Diposting pada

Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day diperingati setiap tanggal 5 Juni. Pada tahun ini tema besar yang diangkat adalah “Time for Nature”.  Dalam laman resmi worldenvironmentday.global mengajak seluruh manusia dibumi untuk menyadari bahwa makanan yang dimakan, udara yang dihirup, air yang diminum, dan iklim yang membuat planet layak untuk dihuni berasal dari alam. Sehingga sudah selayaknya manusia untuk membangun planet bumi yang telah layak ditempati ini menjadi lebih baik.

Selama ini alam telah mengalami banyak kerusakan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia. Penebangan pohon secara berlebihan untuk menjadikannya sebagai tambang kekayaan tanpa melakukan melakukan kekayaan kembali akan membuat paru-paru dunia menjadi berkurang, sedangkan manusia akan selalu mengalami perkembangbiakan. Selain mengurangi paru-paru dunia kerusakan terhadap hutan akan merusak ekosistem didalamnya. Hewan-hewan mengalami kepunahan akibat rusaknya habitat dan rusaknya rantai makanan.

Alih-alih mengambil kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan pokok secukupnya, manusia malah mengambilnya berlebih hanya untuk memenuhi nafsu duniawi. Sehingga yang terjadi adalah beragam bencana yang akan menyulitkan manusia itu sendiri. Sikap berlebihan tersebut yang datang dari manusia tentu tidak dibenarkan oleh agama. Mengeksploitasi dengan semena-mena hanya untuk mengeruk keuntungan dari alam sungguh perilaku yang kejam.

Belum lagi sampah plastik menjadi masalah yang tak kunjung henti. Konsumsi makanan dan minuman kemasan memberikan kemudahan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun, apakah manusia sering memikirkan dampaknya bagi alam kedepannya? Sampah plastik yang tak ramah lingkungan menjadi kebutuhan pokok manusia. Padahal selama ini alam sungguh berbaik hati terhadap manusia dengan segala kekayaannya. Alangkah baiknya bagi kita manusia untuk melakukan hal yang sama untuk alam. Bersikap baik, merawat dan selalu menjaga demi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

Alam semesta beserta kekayaannya diciptakan oleh Allah sudah semestinya dirawat dan dijaga dengan baik agar memberikan dampak positif bagi manusia di setiap generasinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah

وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ

“Dan bila manusia memegang kuasa, ia berjalan di bumi untuk berbuat kerusakan di atasnya, serta menghancurkan tanam-tanaman dan binatang ternak. Dan Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS al-Baqarah: 205)

Dalam Greendeen: What Islam Teaches about Protecting the Planet (terjemahan, Zaman, 2012), Ibrahim Abdul-Matin mengungkapkan bahwa Islam adalah agama yang komprehensif (kaffah) yang sangat mendetail dalam menggambarkan prinsip pelestarian lingkungan. Bagi Ibrahim, seorang Muslim sejati harus mengamalkan Agama Hijau yang sangat peduli atas isu-isu lingkungan seraya mengintegrasikan keimanannya dengan upaya penjagaan bumi ini. Sehingga sebagai seorang muslim marilah kita merawat alam sebagaimana kita merawat diri kita sendiri. Alam sungguh menguntungkan kita sehingga kita harus selalu merawat alam beserta makhluk hidup didalamnya.

Sumber:
https://mitra.nu.or.id/post/read/119714/ramadhan–lingkungan–dan-umat-manusia
https://www.nu.or.id/post/read/92021/enam-prinsip-teologis-terhadap-lingkungan

Oleh: Avita Rahmayanti

Foto: swikblog.com