Peristiwa Mata Air Raji’

Diposting pada 304 views

Mungkin kebanyakan orang merasa asing atau bahkan tidak tahu akan adanya suatu peristiwa sejarah yang dulu dialami Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Peristiwa mata air raji’. Pernahkah mendengar peristiwa tersebut?

Peristiwa mata air  raji’ merupakan sebuah tragedi yang terjadi pada kaum muslimin. Sejumlah utusan Rasulullah SAW dibantai para musuh Islam akibat adanya pengkhianatan oleh sekelompok kaum yang mengaku telah menganut agama Islam. Mengapa dinamakan mata air raji’? Karena tragedi ini terjadi di daerah desa yang bernama Ar-Raji’, sebuah mata air milik kabilah Hudzail di pinggiran Hijaz.

Peristiwa Mata Air Raji’

Pada bulan Shafar tahun ke-4 hijriyah, dari kabilah suku ‘Adhal dan Al-Qarah mengutus seseorang yang mengaku telah masuk Islam datang menghadap Rasulullah SAW. Mereka meminta kepada Rasulullah SAW agar mengirimkan beberapa sahabatnya untuk mengajarkan Islam di wilayah mereka. Rasulullah SAW lalu mengutuskan 10 sahabat dengan Ashim bin Tsabit sebagai ketuanya.

Ashim dan yang lainnya pun berangkat hingga tiba di antara ‘Usfan dan Makkah. Ternyata diam-diam berita ini dibocorkan kepada Bani Lahyan, yang kemudian membuntuti rombongan Ashim dengan 100 pasukan pemanah. Bani Lahyan merupakan sekelompok suku suruhan Suku ‘Adhal dan Al-Qarah yang bertugas mengepung utusan Rasulullah SAW. Mereka mengejar hingga berhasil menemukan rombongan Ashim yang sedang berlindung di Fadfad.

Baca Juga:  Asupan Ruh: Nasihat Diri untuk Negeri Akhirat yang Abadi

Setibanya rombongan Ashim di Desa Ar-Raji’, Bani Lahyan berhasil lebih dahulu mengepung mereka. Hal ini merupakan perbuatan pengkhianatan Suku ‘Adhal dan Al-Qarah. Apabila Ashim bin Tsabit dan lainnya bersedia menyerah, maka Bani Lahyan berjanji untuk tidak membunuh mereka. Ashim menolak dengan berkata “Adapun aku, tidak akan menerima perlindungan orang kafir. Ya Allah, sampaikan tentang kami kepada Nabi-Mu.”

Terjadilah peperangan antara rombongan Ashim dengan Bani Lahyan. Hingga Ashim bin Tsabit terbunuh dengan enam sahabat lain akibat serangan panah. Tinggallah tiga sahabat yakni Khubaib bin Adi, Zaid bin Datsinah, dan Abdulah bin Thariq yang bersedia menyerah. Mereka bertiga kemudian dijual di pasar budak di Makkah. Namun pada akhirnya, para tuan-tuan yang membelinya pun membunuh mereka sebagai balas dendam atas meninggalnya tokoh-tokoh musyrik Makkah dalam Perang Badar.

Sebelum dibunuh oleh ‘Uqbah bin Al-Harits (tuan yang membelinya), Khubaib bin Adi sempat berkata: “Aku tidak pernah peduli ketika aku terbunuh sebagai muslim. Di bagian manapun tubuhku jatuh terbunuh karena Allah. Itu untuk membela dzat-dzat Allah. Dan kalau Dia kehendaki, tentu Dia berkahi salah satu anggota tubuhku yang terputus.”

Kemudian orang-orang Quraisy mengirim utusan untuk mencari satu bagian tubuh Ashim bin Tsabit karena mereka mengetahui bahwa Ashim telah membunuh pembesar mereka kala Perang Badar. Atas kehendak-Nya, Allah melindungi bagian tubuh Ashim tertutup dengan segerombolan lalat atau lebah agar mereka tidak dapat mendekatinya.

 

Oleh: Zia Zahra Hudaya

Sumber:

islam.nu.or.id 

asysyariyah.com

Photo by Mayank Dhanawade on Unsplash