Al-Jahizh: Ulama yang Menghabiskan Hidupnya Bersama Buku

Diposting pada

Abu Utsman Amr bin Bahr bin Mahbub bin Fuzarah al-Kanani, atau yang biasa dikenal dengan Al-Jahizh adalah seorang sastrawan-filsuf tersohor dari Timur Afrika. Beliau lahir di kota Bashrah, Irak, pada tahun 225 H. 

Al-Jahizh berasal dari keluarga yang sangat miskin. Beliau sempat bekerja sebagai penjual ikan dan roti untuk menanggung biaya kehidupan keluarganya. Keadaan dan lingkungan keluarganya yang serba kekurangan tidak menghalangi semangat dan kegigihannya dalam mencari ilmu. Sejak kecil, Al-Jahizh menghabiskan hari-harinya bersama buku. Pada siang hari beliau berdagang ikan dan roti di pasar, sementara pada malam hari, beliau menyewa toko buku loak dan menginap di dalamnya hanya untuk membaca buku- buku yang tersedia di sana. 

Yaqut al-Hamawi mengutip ucapan Abu Haffan yang menceritakan tentang Al-Jahizh; “Aku tidak pernah melihat ada orang yang demikian mencintai dan paling banyak membaca buku dan ilmu pengetahuan selain Al-Jahizh. Di tangannya selalu ada buku, dan ia membacanya dimana saja dan kapan saja sampai selesai. Tidaklah mengherankan jika kita membaca Al-Jahiz sebagai satu-satunya orang yang menulis berlembar-lembar dalam buku-bukunya tentang keutamaan dan kebaikan membaca buku.” 

Al-Jahizh menekuni berbagai kuliah yang diadakan oleh para ahli filologi, leksikografi, dan sastrawan. Beliau juga mempelajari Al-Qur’an dan hadis, juga membaca buku-buku filsuf Yunani dan Helenistik, khususnya Aristotels. Al-Jahizh memiliki keistimewaan dengan kecerdasan dan kehidupannya yang sangat produktif. Beliau menulis berbagai macam artikel yang merupakan awal mula karirnya sebagai seorang penulis. Kemudian dilanjutkan dengan menulis ratusan buku sepanjang hidupnya yang membahas tentang berbagai macam corak keilmuan seperti, filsafat, ilmu kalam, sastra, sejarah, fatwa-fatwa hukum, sosial-politik, dan lain sebagainya. Karyanya banyak yang bertahan hingga puluhan tahun,  jika ditinjau dari segi teknologi penulisan pada zaman itu, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang sangat luar biasa. 

Al-Jahizh wafat di Bashrah pada tahun 869 M dalam usia 93 tahun. Salah satu riwayat menceritakan bahwa Al-Jahizh meninggal dunia karena tubuhnya yang sudah tua renta tertimpa tumpukan buku di perpustakaan pribadinya. Buku karya Al-Jazih yang mencapai 360 buku merupakan peninggalan beliau yang hampir semua dijadikan sebagai rujukan. Dengan karya-karyanya yang luar biasa menarik dan berkualitas, beliau bisa disebut sebagai seorang filsuf sekaligus sastrawan besar.

Oleh: Husna Nailufar

Sumber:

  • Kadir, I. 2015. Al-Jahiz: Ulama yang Mati Tertimpa Buku. Koran Go Cakrawala.
  • KH Husein Muhammad. 2020. Ulama-Ulama yang Menghabiskan Hari-Harinya untuk Membaca, Menulis, dan Menebarkan Cahaya Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: IRCiSoD

Photo by Valentino Mazzariello on Unsplash