Betapa Mulianya Ramadhan

Diposting pada 159 views

“رمضان شهر العلوم شهر الصوم وليس بشهر النوم”

“Ramadhan adalah bulan ilmu dan bulan puasa, dan bukanlah bulan tidur”

Seseorang yang beriman tentu berbeda dalam memaknai Ramadhan dengan orang yang kurang beriman atau bahkan yang tidak beriman. Orang-orang awam mengidentikkan Ramadhan hanyalah seputar ngabuburit, berburu takjil, ramai suara petasan, dll. Pengalaman keberagamaan (religious experiences) seseorang akan mengalami peningkatan seiring masa, penghayatan terhadap ritual ibadah ada peningkatan step by step, ini akan mengantarkan seseorang untuk beragama secara lebih asli dan autentik.

Peningkatan keberagamaan tentu berkaitan erat dengan bertambahnya ilmu dan pemahaman tentang agama. Begitupula dalam memaknai Ramadhan. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag. menukil khutbah yang pernah disampaikan Nabi berdasarkan riwayat Salman Al-Farisi yang termaktub dalam Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah tentang “Betapa Mulianya Ramadhan”:

خطبنا رسول الله في آخر يوم من شعبان فقال: يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم مبارك، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر، جعل الله صيامه فريضة، و قيام ليله تطوعاً، من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ومن أدى فريضة فيه كان كمن ادّى سبعين فريضةً. وهو شهر الصبر والصبر ثوابه الجنة، وشهر المواسة، وشهر فيه يزاد رزق المؤمن فيه. من فطر فيه صائما كان مغفرةً للذنوب وكان له مثل    اجره من غير ان ينقص من اجره شيء. قالوا “يا رسول الله ليس كان يجد ما يفطر الصائم” قال صلى الله عليه وسلم “يعط الله هذا ثواب من صدر صائما على ثمرةٍ او شربت ماء او مذاقة لبن 

Rasul telah berkhutbah kepada kita di akhir Bulan Sya’ban. Rasul bersabda: “Kalian telah dinaungi oleh bulan yang agung dan penuh barokah, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa di dalamnya sebagai suatu kefardhuan, dan qiyamullail sebagai nilai tambah, barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan kesunnahan maka dia seperti melakukan hal yang fardhu, dan barangsiapa melakukan kefardhuan di bulan Ramadhan maka dia seperti melaksanakan 70 kefardhuan. Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar pahalanya adalah surga, dan bulan tolong-menolong, bulan di mana rezeki orang mukmin ditambah di dalamnya. Barangsiapa memberi hidangan buka kepada orang yang berpuasa maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya dan orang yang memberi buka mendapat pahala puasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa. Kemudian para sahabat bertanya “Ya Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki sesuatu (makanan berat) untuk berbuka orang yang puasa.” Rasul menjawab “Allah memberi pahala kepada orang yang memberi hidangan buka orang  yang berpuasa meskipun hanya sebiji kurma, atau segelas air, atau seseruputan air susu.”

Kemudian Pak Mustaqim, sapaan akrab beliau, menjelaskan keterangan dari hadits tersebut secara kata per kata. 

Baca Juga:  Bulan Ramadhan, Penuh Ampunan, Berkah dan Kemuliaan

Bulan yang Penuh Berkah

Imam Yahya Muhammad bin Syarafuddin Nawawi, pensyarah kitab Shahih Muslim, menjelaskan bahwa berkah adalah زيادة الخير في الخير yang berarti bertambahnya kebaikan di dalam kebaikan. Pak Mustaqim menyebutnya dengan “multiple positive side effect” yaitu sisi-sisi positif yang multi, efeknya seperti domino.

“Anda sudah merasakan sebenarnya. Sahur jam 3 dini hari sudah dinilai kebaikan, kemudian dilanjutkan sholat sunnah itu nilai kebaikan, berlanjut sholat subuh juga nilai kebaikan, dan saat ini kuliah subuh juga nilai kebaikan,” jelas Pak Mustaqim.

Malam Seribu Bulan

Terdapat satu malam di Bulan Ramadhan yang lebih baik dari malam seribu bulan atau disebut Lailatul Qadar. Oleh karenanya maksimalkan ibadah kita di setiap waktu dan setiap malamnya. Asalkan tiap malam kita bangun untuk melakukan ibadah dan hal yang positif, insyaa Allah kita kecipratan makna dan nilai Lailatul Qadar.

“رمضان شهر العلوم شهر الصوم وليس بشهر النوم”

“Ramadhan adalah bulan ilmu dan bulan puasa dan bukanlah bulan tidur,” terang Pak Mustaqim.

Rahasia di Balik Pensyariatan Puasa Ramadhan

Pensyariatan puasa Ramadhan terdapat di Surah Al-Baqarah ayat 183. Redaksi yang digunakan dalam ayat tersebut menarik karena menggunakan kalimat pasif, bukan kalimat aktif. Menggunakan mabni majhul dan bukan mabni ma’lum. Tertulis كُتِبَ عليكم الصيامَ  yang berarti “telah diwajibkan atas kalian puasa” dan bukan كَتَبَ اللهُ عليكم الصيامَ “Allah telah mewajibkan kalian puasa”. Rahasia yang tersimpan adalah jika seorang hamba sudah mengetahui betapa besar fadhilah atau keutamaan puasa, tanpa Allah wajibkan pun ia akan mewajibkan puasa untuk dirinya sendiri.

Kemudian dilanjutkan lafadz كما كتب على الذين من قبلكم yang berarti “sebagaimana diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu”.

“Ini secara psikologi, dalam rangka supaya kita lebih ringan menjalankan puasa, seolah Allah berkata bahwa yang diwajibkan puasa bukan hanya kalian saja, tapi nenek moyang kalian sudah melakukannya, sebagai contoh puasa Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dst,” jelas Pak Mustaqim.

Amalan Sunnah sebagai Nilai Tambah atau Edit Value

Amalan sunnah seperti shalat sunnah rawatib, shalat tarawih, qiyamullail atau sholat malam, tadarus Al-Qur’an, mengaji, dan kebaikan-kebaikan lainnya adalah nilai tambah yang melengkapi puasa Ramadhan. Jika amal wajib diibaratkan seperti modal, maka amal sunnah adalah labanya. Tentu kita tidak mau berniaga dengan mengerahkan segenap tenaga, namun hasil yang diperoleh hanya sama dengan modal, tidak mendapatkan laba sedikit pun. Sudah menyisihkan tenaga dan usaha, tapi tidak mendapat laba. Nilai tambah yang dimaksud pun tidak terbatas pada ritual keagamaan saja, membaca buku, kuliah, bersekolah dengan diniatkan karena Allah semata juga termasuk nilai tambah untuk puasa Ramadhan.

Baca Juga:  Ramadhan yang Mulia

Bulan Kesabaran: Sabar itu Bukan Pasif, Sabar itu Aktif

Disebutkan dalam hadits tersebut bahwa Ramadhan adalah شهر الصبر atau bulan kesabaran. Sering disebutkan oleh para ulama bahwa من صبر ظفر yang berarti barangsiapa bersabar maka ia akan beruntung. Pak Mustaqim kemudian menceritakan kisah Ibu Fatimah Az-Zahro, salah satu alumni santri PP Al-Munawwir Komplek Q yang meraih kesuksesan dan keberuntungan karena kesabarannya.

“Ibu Fatimah itu kuliah S2 sambil mengasuh anak, tetapi beliau jalani dengan penuh kesabaran hingga S2nya selesai. Setelah itu berlanjut menjadi guru di Tsanawiyah dan berjuang merintis membangun Ponpes Tahfidz Al-Qur’an di Batam,” jelas Pak Mustaqim.

Yang menarik adalah meskipun sudah boyong, Ibu Fatimah terus sambung dengan Ibu Nyai Husnul Khotimah Warson, setiap ada kesulitan dalam perjuangannya mendirikan pondok, beliau berkonsultasi dengan Ibu Nyai Warson. Kemudian diberi wirid dan doa oleh Ibu Nyai Warson hingga satu per satu permasalahan dibukakan pintu keluar dan dimudahkan.

“Kalian nanti kalau sudah pulang, ada kesulitan, jangan sungkan-sungkan matur ke Ibu Nyai, Ibu Nyai Warson ini insyaa Allah masuk dalam kategori  ولي من اولياء الله , wali perempuan, karena karamahnya jelas. Dapat dilihat dari perkembangan Komplek Q paska wafatnya almarhum almaghfurlah Bapak Warson,” tutur Pak Mustaqim.

“Sesungguhnya Anda para santri punya power luar biasa untuk menggerakan masyarakat setelah pulang nanti,” tambah Pak Mustaqim memotivasi santri setelah menceritakan kisah Ibu Fatimah.

Tidak ada problem atau permasalahan yang tidak bisa diselesaikan, asal mau bersabar. Bersabar adalah bergerak mencari solusi, bukan berdiam diri, sabar itu aktif bukan pasif. Al-Qur’an juga telah menyebutkan واستعينوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ yang berarti jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong kalian. Karena kesabaran mengantarkan kepada kesuksesan.

Berikut di atas telah dijelaskan kemuliaan-kemuliaan Bulan Ramadhan dari hadits Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, dengan mempelajarinya semoga kita bersama dapat memahaminya kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari terkhusus di Bulan Ramadhan yang mulia ini, sehingga terdapat peningkatan dalam keberagamaan kita.

 

Disarikan dari Kuliah Subuh 24 Maret 2023 Program Khusus Ramadhan 1444 H

Pewarta: Hanin Nur Laili

Foto: Dokumentasi Pribadi