Mengenal Raden Ngabehi Ronggowarsito: Pujangga Tanah Jawa

Diposting pada

Beginilah cara baiknya

Membiasakan diri sejak muda

Berhemat dan prihatin

Mengurangi hawa nafsu

Rendah hati dan menghargai orang lain

-kutipan buku “Zaman Edan” (hal 82)

Jika Barat memiliki Emil Zole, Charles Dickens, William Shakespeare, dan lainnya. Maka kita harus bangga memiliki seorang pujangga luar biasa, dialah Raden NG. Ronggowarsito, yang dikenal dengan nama kecil Bagus Burham. Beliau berasal dari keluarga bangsawan Keraton Surakarta. Dari garis ayah, ia merupakan keturunan kesepuluh dari Sultan Hadiwijaya pendiri Kerajaan Pajang. Dari ibu, ia merupakan keturunan ke-13 dari Sultan Trenggono Raja Demak ketiga. Bagus Burham lahir dan tumbuh dalam keluarga yang sangat erat dalam mencintai karya sastra, tulisan, serta budaya. Berangkat dari ayah dan kakeknya yang juga bergelar Ronggowarsito I dan II, mereka merupakan seorang pujangga dan juru tulis yang mengabdi pada kerajaan.  Maka tak heran, Bagus Burham tumbuh dalam lingkungan yang melestarikan budaya kesusasteraan dan tercatat sebagai salah satu pujangga besar tanah Jawa.

Banyak kisah unik yang tercatat dalam kehidupanya. Salah satunya adalah kehidupan semasa remaja yang dijalani dengan berguru kepada seorang ulama besar bernama Kyai Hasan Besari, pendiri Pondok Pesantren Gerbang Tinatar di Tegalsari Ponorogo. Beliau dikirim oleh kakeknya untuk pergi ke Tegalsari dengan harapan mendapat pendidikan formal yang baik, dengan ditemani pengasuhnya yaitu Ki Tunojoyo. Setelah diterima menjadi santri Kyai Besari, kehidupan belajar mengajar dilakukan seperti biasa. Kedatangan Bagus Burham menjadi kebahagiaan bagi santri lain karena keramahannya. Seiring berjalannya waktu, Bagus Burham memunculkan perilaku yang mulai menggelisahkan. Alih-alih mengikuti pelajaran yang disampaikan Kyai Besari, Bagus Burham tidak pernah hadir dan memilih untuk berangkat ke pasar menemui para preman dan mendengarkan cerita mereka. Ia bertindak semaunya sendiri,pergi berkelana kemana saja.

Hal ini akhirnya sampai ke telinga Kyai Besari. Harapan yang dibangun pada Bagus Burham yaitu dia akan menjadi penerus leluhurnya akhirnya sirna. Kemudian Bagus Burham dipanggil dan dingatkan untuk tidak mengulangi kenakalannya lagi. Namun nasehat Kyai Besari tidak diindahkan oleh Bagus Burham. Ia tetap pergi ke pasar dan malas untuk hadir ke kajian Kyai Besari. Kemudian Kyai Besari menyuruh Ki Tunojoyo untuk mengurus Bagus Burham dan menyuruh santri lain untuk tidak berdekatan dengan Bagus Buram karena kenakalannya. Tapi teman-temannya merasa bahwa mereka tidak pernah diganggu oleh Bagus Burham,karena kenakalan itu adalah untuk dirinya sendiri dan tidak mengganggu orang lain.

Kenakalan demi kenakalan yang dibuat Bagus Burham membuat Kyai Besari semakin prihatin,hingga sampailah beliau pada titik kesabarannya, beliau seperti tidak sanggup lagi atas perilaku yang dilakukan oleh Bagus Burham. Kyai Besari melakukan hukuman dengan tegas dan mengancam untuk dikembalikan kepada orang tua, serta tidak diizinkan lagi untuk menuntut ilmu di Gerbang Tinatar. Hal ini membuat Bagus Burham merasa tersinggung, dan membuatnya sadar bahwa dia juga mampu memiliki ilmu seperti yang lain jika dia mau berusaha. Dari sinilah perubahan terjadi, Bagus Burham berusaha belajar sekeras mungkin. Ia mulai menjalankan laku tirakat selama berhari-hari di sebuah sumber air, berjaga semalam suntuk dengan penyangga bambu yang dipasang di atas air, jika mengantuk ia akan jatuh ke air.

Berhari-hari dalam laku tirakat, akhirnya beliau berhasil dalam mencapai tujuannya. Hingga akhirnya Bagus Burham juga diamanahi oleh Kyai Besari untuk menggantikan dakwahnya apabila sedang berhalangan. Kemudian melanjutkan perjalanan bersama Ki Tunojoyo untuk berkelana mencari keilmuwan kepada orang-orang besar yang lain.

Sangat banyak kisah yang menceritakan perjuangan Raden Ronggowarsito dalam pencarian jati diri dan keilmuan yang dilaluinya. Menjadi manusia yang belum mengenal apapun hingga mendapatkan ilham untuk meneruskan perjuangan para leluhurnya. Satu yang harus dicatat bagi generasi kita, bahwa jangan sampai kita putus asa dalam menjalani kehidupan, jika ingin bahagia di akhir, maka kita harus siap untuk segala kelelahan yang dilalui. Hidup prihatin dan menahan hawa nafsu adalah kunci penting untuk generasi muda, seperti yang telah disampaikan beliau Raden Ronggowarsito.

Oleh: Alaina Fatha Nabila

Sumber terkait :

  1. https://youtu.be/NMlLQSSRJfM
  2. https://www.google.com/amp/s/quran.laduni.id/post/amp/70627/biografi-kh-hasan-besari
  3. Buku “ Zaman Edan” Karangan Ronggowarsito