Gus Ali: Tidak Ada Orang Hebat yang Miskin Baca

Diposting pada 224 views

“Substansi sholat adalah dzikrullah. Substansi haul adalah dzikrulmaut. Makanya kalau ada haul itu untuk mengingat kematian.”

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh K.H. Agoes Ali Masyhuri dalam peringatan haul ke-81 K.H. M. Moenawwir pada (4/2) di PP. Al-Munawwir, Krapyak.

Banyak orang berumur panjang, namun manfaatnya kurang. Banyak orang berumur singkat, namun padat amal salihnya. Seperti hadis Nabi,

“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan bagus amalnya.”

Makna panjang umur pada hadis ini, bukan berapa lama kita hidup di dunia. Tetapi, seberapa banyak prestasi dan amal salih yang kita kerjakan.

“Gajah mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang. Masa kita mati hanya meninggalkan janda dan hutang,” ungkap Gus Ali.

Seperti KH. Moenawwir yang mampu meninggalkan nama baik, prestasi, dan prasasti. Muridnya dimana-mana dan mampu mengembangkan Al-Qur’an di Republik tercinta. Ini merupakan torehan prestasi yang luar biasa, terlebih di hadapan Allah.

Menurut pengasuh PP. Bumi Solawat, Tulangan, Sidoarjo itu, barangsiapa ingin menjadi orang besar, harus belajar berpikir besar dan berjiwa besar. Salah satu tanda orang berjiwa besar dan berpikir besar adalah mempunyai khazanah kekayaan membaca.

Seperti firman Allah yang pertama, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.”

Ayat inilah yang mampu mengubah mata dunia dari buta menjadi melihat. Jangan percaya ada orang besar dan hebat manakala miskin baca. Yang harus dibaca adalah ayat-ayat qauliyah yaitu Al-Qur’an dan ayat qauniyah yaitu apa yang ada di alam semesta.

Barangsiapa ingin menjadi orang sukses, harus percaya diri. Hari ini banyak orang kehilangan dirinya sendiri. Orang yang tidak percaya diri pasti tidak siap bersaing sehat dengan orang lain. Tidak mampu berpikir positif. Orang yang tidak bisa berpikir positif tidak akan menemukan kesuksesan. Ia gagal karena kekerdilan dirinya sendiri.

Baca Juga:  Tanya Jawab Ustadz: Mendahulukan Salat Isya’ atau Salat Sunnah?

Beliau berpesan bahwa kita harus pandai menata niat, karena bagusnya niat akan menentukan kualitas amal. Banyak amal biasa menjadi bermakna karena dibungkus dengan niat yang tulus dan benar. Banyak kewajiban yang sia-sia karena tidak dibarengi niat yang tulus dan benar.

Baca Juga: Gus Muwafiq: ‘Orang Baru’ itu Suka Lupa dengan ‘Orang Lawas’

Kita juga harus yakin bahwa niat itu letaknya di hati, bukan di kaki. Padahal hati sepersekian detik bisa berubah. Dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik maka baiklah seluruh baik. Bila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh.

Segumpal daging itu adalah hati. Hati orang yang rakus dan ambisius lebih panas daripada api, tidak pernah mengenyam kebahagiaan, tidak pernah mengenyam ketenangan. Orang yang berhati bersih dan berperilaku ramah senantiasa sukses dan berkah hidupnya. Kadangkala seluruh waktu kita habis untuk menyelidiki orang lain, tidak sempat bermuhasabah.

Gus Ali juga berpesan untuk belajar ikhlas dalam beramal, karena keikhlasan bagaikan mata air jernih yang menyuburkan. Orang yang berhati ikhlas bagaikan tanah yang subur. Sekecil apapun kebaikan, akan tumbuh dan berkembang.

Barangsiapa yang awal perjalanannya dengan cahaya, maka akan menemukan cahaya. Barangsiapa yang awal perjalanannya gelap, maka akan menemukan hasil yang memprihatinkan karena awalnya tidak jelas.

Tanda-tanda orang ikhlas dalam beramal ada tiga. Pertama, pujian dan celaan manusia baginya sama saja. Kedua, bila melaksanakan amal yang dipandang adalah wajah keridhaan Allah, bukan pujian manusia. Ketiga, bila melakukan amal ingin pahalanya bertemu di akhirat nanti, tidak terjebak dalam kepentingan sesaat dan sepele.

Oleh: Anu’ma Syifaus S.

Editor: Ipi

 

Baca Juga:  ISLAM DAN KOSMOLOGI