Khusyuk dalam Bahasa Arab yaitu خشوعاً – يَخْشعُ – خَشَعَ yang berarti takut, takut kepada Allah Swt.. Gus Baha dalam salah satu dakwahnya mengatakan bahwa “bentuk dari khusyuk yaitu ketika seseorang melakukan ibadah karena adanya dorongan akan ketakutan terhadap hukum Allah”. Begitu juga dalam salat, ketika kita melakukan salat karena takut meninggalkan perintah Allah, maka hal tersebut merupakan bagian dari khusyuk. Jadi, ketika seseorang memutuskan diri ke suatu tempat sebagai waktu yang digunakan untuk shalat itu sudah apresi kekhusyukan seseorang.
Terdapat cerita dalam sebuah riwayat hadis bahwasanya ada seorang penggembala unta melakukan salat berjamaah dengan seorang imam, di mana pada saat itu imam tersebut membaca surat Al-Baqarah yang sangat panjang sekali. Karena penggembala tersebut takut majikannya marah, maka di pertengahan shalat akhirnya dia mufarraqah (salat sendiri). Singkat cerita, penggembala dan imam tersebut saling mengadu kepada Rasulullah saw.,hingga akhirnya ternyata Rasulullah menyalahkan imam tersebut. Beliau berkata “Kamu jangan mengulangi seperti itu, nanti orang akan jera salat karena salat menjadi problem”.
Selain itu, hal ini juga dijelaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 16 :
فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفِقُوْا خَيْرًا لِّاَنْفُسِكُمْۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah meurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah, dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang – orang yang beruntung.”
Dalam surat ini dapat kita ketahui bahwa Allah Swt. tidak memerintahkan umat Islam untuk bertakwa kepada-Nya yang melebihi batas kemampuan. Sebaliknya, justru Allah Swt. memberikan rukhsah berupa sebatas kemampuan yang dapat dilakukannya. Hal ini menujukkan apabila ada umatnya yang belum mampu mencapai tingkat khusyuk dalam salatnya, maka Allah akan memberikan keringanan baginya.
Perlu ditekankan bahwasanya anggapan khusyuk bukan merupakan barometer diterimanya salat dapat dibenarkan, tetapi ada kalanya tidak sepenuhnya benar. Perlu diketahui bahwa orang-orang seperti para nabi, ulama, dan orang-orang saleh yang di mana mereka memiliki kedekatan khusus dengan Allah Swt. lebih mudah salat secara khusyuk. Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah terlatih dengan berbagai upayanya untuk memiliki hati yang sangat kuat dan sudah tertanam hidayah serta taufik dari Allah Swt. sehingga mereka dapat dengan mudah dan terbiasa melakukan salat secara khusyuk.
Berbeda dengan orang-orang awam, di mana hati serta diri mereka masih tidak bisa terlepas dari pengaruh indahnya perhiasan-perhiasan dunia sehingga tidak mudah bagi mereka dapat secara langsung melakukan salat secara khusyuk. Melainkan melakukannya secara berproses sedikit demi sedikit untuk dapat mencapai tingkat khusyuk.
Dari semua argumen di atas dapat kita ketahui, bahwasanya melakukan salat secara khusyuk lebih baik daripada salat yang tidak khusyuk. Namun, apabila barometer diterimanya shalat adalah khusyuk tidaknya suatu shalat, maka dapat menyebabkan orang-orang yang belum mampu mencapai tingkat khusyuk, akan enggan melakukan salat.
Oleh: Alfina Rahmatul Ulya
Sumber:
Photo by Rumman Amin on Unsplash