Fadhilah Al-Qur'an Tidak Hanya Membaca, Tetapi Juga Memahaminya

Fadhilah Al-Qur’an Tidak Hanya Membaca, Tetapi Juga Memahaminya

Diposting pada 46 views

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar bagi nabiyullah kita Nabi Muhammad SAW, dimana ketika membacanya bernilai ibadah dan merupakan fadhol (nikmat) paling agung yang diberikan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya. Bahkan disebutkan “Barang siapa yang diberikan nikmat bisa membaca Al-Qur’an kemudian ia menganggap bahwa nikmat itu lebih kecil daripada nikmat lain yang diberikan pada orang lain, maka sesungguhnya ia telah menganggap remeh sesuatu yang dianggap agung oleh Allah Swt”.

Selain itu, tidak hanya bisa dalam membaca Al-Qur’an namun juga harus bisa dalam memahami kandungan isi Al-Qur’an. Sebab tidak ada pemberi syafaat yang kedudukannya lebih utama daripada Al-Qur’an. Lantas bagaimana dengan syafaat-syafaat dari seorang nabi, malaikat, bahkan lainnya? Nah syafaat-syafaat tersebut datangnya dapat disebabkan karena kedekatannya terhadap Al-Qur’an.

Allah Swt juga menunjukkan bagaimana dahsyatnya keutamaan Al-Qur’an. Seperti telah dibacakan surah Yasin dan Taha sebelum proses penciptaan makhluk-makhluk selama dua ribu tahun lamanya. Sungguh beruntung umat yang diturunkan Al-Qur’an padanya, hati yang didalamnya berisi Al-Qur’an, dan lisan yang tergerak karna Al-Qur’an. Semoga kita semua termasuk didalamnya. aamiinn.

Baca Juga:  Jangan Sepelekan Basmalah dan Hamdalah! Berikut Makna Keistimewaannya

Dijelaskan pula tentang celaan terhadap orang-orang yang lalai dalam membaca Al-Qur’an. Banyak orang yang membaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an justru melaknatnya. Hal ini dikarenakan kelalaian orang tersebut dalam membaca Al-Qur’an. Kelalaian seperti apa yang dimaksudkan? Ialah saat kita tidak meresapi dan memahami isi dari Al-Qur’an yang proses penurunan nya secara mutawattir (berulang-ulang).

Sedangkan ketika mendapat pesan dari saudara, kita tanggap dalam meresapinya. Kemudian saat ada saudara yang berbicara lantas ada orang lain yang ingin menyela dengan cepat kau mengisyaratkan agar orang lain itu diam. Sedang jika Allah yang mengajak berdialog, mengapa kau palingkan hatimu? “Apakah kamu menganggap Allah lebih remeh daripada saudara-saudaramu? padahal Allah-lah Dzat pemilik keunggulan yang paling agung.”

Dianjurkan bagi orang yang akan membaca Al-Qur’an untuk memiliki wudhu, dan dalam membaca Al-Qur’an juga harus disertai dengan husnul adab. Entah dibaca saat berdiri maupun saat duduk. Tetapi yang paling utama membaca Al-Qur’an ialah saat berdiri di dalam sholat.

Baca Juga:  Status Khaliq dan Makhluq Dalam Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah (2)

Disunnahkan juga untuk membaca Al-Qur’an dengan tartil, karena sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan perasaan kelembutan dan sentimental, agar kita dalam membaca penuh dengan penghayatan. Sebab Al-Qur’an didalamnya berisi kelembutan untuk memahamkan makhluk akan makna kalam-Nya, sifat Dzat-Nya, dan tentang bagaimana keagungan -Nya.

Al-Qur’an juga berisi tentang dzahir dan bathin, tentang makna yang pendek dan panjang. Bahkan Sayyidina Ali pernah berkata: “Apabila surah Al-Fatihah dan penjelasan isinya dituliskan, maka tidak akan cukup dibawa lembar-lembar tersebut oleh 70 unta.”

Lalu, banyak sedikitnya pemahaman kita terhadap Al-Qur’an itu tergantung pada suci atau bersihnya hati kita. Dari sekian banyak keutamaan-keutamaan tersebut, sudah sepantasnya kita lebih giat lagi berutinitas dalam membaca Al-Qur’an. Dengan kebiasaan tersebut kita perdalam pula dalam memahaminya, dengan harapan kita termasuk orang-orang yang nantinya akan disyafaati oleh Al-Qur’an.

“Nderes o mergi nderes niku lantaran paham, ora mungkin paham wong sing ora diawali seko nderes Al-Qur’an “

(Membacalah. Sebab membaca itu perantara dari kepahaman, tidak mungkin bisa paham seseorang yang tidak mau mengawali dengan membaca Al-Qur’an)

 

Penulis: Kholishotun Niswah

Pictured by Marcheila Julianti

Disarikan dari Pengajian Kitab Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin bersama Ustadz Moh. Thoifur – Program Khusus Ramadan (PKR) 1445 H – Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q