KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)

Gus Mus: Indikator Nikmatnya Iman

Diposting pada 151 views
3 tanda seseorang yang merasakan manisnya iman

Kata Iman tentu sangat familiar dalam kehidupan kita khususnya umat Islam. Perlu kita ketahui, Iman menurut Al-Jurjani (wafat pada 816 H) dalam At-Takrifat  secara bahasa adalah membenarkan dalam hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah meyakini dengan sepenuh hati dan mengucapkan dalam lisan atas keyakinan tersebut. Dalam hal ini, KH. Ahmad Musthofa Bisri atau kerap disapa Gus Mus, menjelaskan dalam sebuah majelis mengenai beberapa tanda orang yang merasakan nikmatnya iman. Berikut penjelasannya.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa setidaknya ada 3 tanda seseorang yang merasakan manisnya iman.

Pertama, yakni mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya. Yang lain disini termasuk orang tua, kekasih, teman, dan lainnya.

Kedua, mereka mencintai orang lain semata mata karena Allah. Bukan karena alasan-alasan yang lain. Seperti yang kita ketahui bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk saling menyayangi dan mengasihi. Bagi orang-orang yang yang merasakan nikmatnya iman, kecintaan mereka terhadap orang lain selalu kembali kepada kecintaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan menyandarkan kecintaan kepada orang lain murni karena Allah dan Rasul-Nya semata. Dapat kita lihat dalam kehidupan, banyak orang yang saling menyayangi karena sebab dan alasan tertentu, seperti harta, pangkat, dan hal lainnya yang bukan dari kecintaan lillah.

Terakhir, orang yang merasakan nikmatnya iman adalah mereka yang bersyukur dan menikmati atas hidayah yang diberikan oleh Allah. Mereka enggan dan khawatir kembali kepada kekufuran. Bagi mereka, kembali kekufuran ibarat menceburkan kembali diri ke dalam api.

Baca Juga:  Bijak Bermedia Sosial ala Gus Mus

Bagi orang yang tidak dapat mencintai Allah dan RasulNya, tidak dapat mencintai yang lain karena Allah, dan tidak khawatir hilangnya hidayah yang diberikan Allah, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut belum dapat merasakan manisnya iman. Berbeda dengan para wali dan ulama’, mereka selalu mencintai Allah dan Rasul-Nya dan mencintai sesama secara ikhlas lillahi ta’ala, tanpa pamrih sedikit pun. Mereka juga sangat takut masuk dalam kekufuran, sehingga di setiap do’a mereka selalu meminta untuk diberikan ketetapan hati dalam Islam dan Iman kepada Allah.

Lafaz do’a tersebut yakni:

يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

Dapat kita simpulkan bahwa setiap orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan cinta yang besar dan mampu mencintai sesama dengan lillahi ta’ala, selalu khawatir dan enggan terjerumus ke dalam kekufuran adalah tanda bahwa ia merupakan hamba yang dapat merasakan manisnya iman. Semoga kita dapat meneladani para ulama serta waliyullah yang mampu merasakan manisnya iman.

Oleh: Annisa’ Ummul M.

Gambar: nu.or.id