Kisah Khotimat #3: Rohmatun Nafiah, Khotimat Sekaligus Mutakhorijat

Diposting pada 351 views

Rohmatun Nafiah atau yang akrab dipanggil dengan Nopi adalah santri asal Pati, Jawa Tengah. Dia adalah salah satu khotimat 15 juz bil hifdzi pada Haflah Khotmil Quran Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak yang akan digelar pada Februari ini. Di tahun yang sama, dia juga menjadi Mutakhorrijat pada wisuda Madrasah Salafiyah III. Suatu pencapaian yang luar biasa, apalagi di tengah studi S2 yang diambilnya pada jurusan Ekonomi Syariah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nopi memulai hafalannya sejak tahun 2013 ketika duduk di bangku kelas 3 MA di Pondok Darul Ulum, Sambilawang, Pati. Pada tahun 2014 ia memulai kuliah S1 dengan mengambil jurusan Perbankan Syariah di UIN SUKA sekaligus masuk di Komplek Q Krapyak. Dahulu belum ada sistem seleksi untuk masuk di Tahfidz II Komplek Q sehingga ia langsung mengikuti program tahfidz dan setoran mengaji ke Ibu Nyai secara langsung.

Selain menempuh pendidikan tahfidz, ia juga tercatat sebagai santri pada Madrasah Salafiyah III. Pada 2014, ia masuk kelas Awwal. Lima tahun berjalan, kini ia hampir resmi menyandang status sebagai santri bersyahadah (julukan yang sering disematkan kepada santri yang telah menyelesaikan pendidikan madinnya hingga kelas Khomis).

Salah satu motivasi terbesarnya untuk bisa menyelesaikan hafalan dan Madrasah Diniyahnya adalah kedua orang tua, terutama ibu. Padahal dia bisa memilih untuk fokus pada hafalannya saja, tetapi dia tetap memilih untuk mengikuti keduanya. Ia pun berharap agar semuanya bisa diselesaikan dengan cepat, dan bisa mengurangi beban kedua orang tuanya yang telah membiayainya sejak kecil.

Ketika dia berjuang untuk menempuh keduanya, tidak sedikit ujian yang menghampirinya. Diantaranya, pada bulan yang sama ia harus menyelesaikan Tugas Akhir Madrasah Diniyah dan juga ujian khotimat 15 juz bil hifdzi. Ketika ia sedang menempuh Ujian Akhir Semester kampus ternyata bersamaan dengan jadwal sidang tugas akhirnya di Pondok. Sungguh, ujian yang luar biasa ketika semua dilakukan di waktu yang bersamaan. Awalnya ia sempat bingung dan pusing bagaimana untuk membagi waktu, tapi baginya ini semua adalah konsekuensi yang harus dijalani.

Baca Juga:  MI Tahfidz El Muna Q Terakreditasi A

Ketika ditanya mengenai bagaimana rasanya bisa menempuh semuanya di waktu yang bersamaan?, Ia menjabawab bahwa sebenarnya ia takut ketika ada orang lain berekspektasi tinggi tentangnya. “Padahal sebenarnya kemampuanku tidak setinggi itu,” jawabnya dengan  penuh kerendahan hati.

Tidak hanya sebagai santri tahfidz dan madin, dalam perjalanannya di Komplek Q, santri satu ini pernah menjabat sebagai Ketua Tahfidz II pada tahun 2016. Tahfidz II adalah wadah bagi santri hafalan sebelum pindah ke asrama Tahfidz I. Santri-santri di Tahfidz II masih harus mengikuti kegiatan madin. Selain itu, para santri Tahfidz II menyetorkan hasil hafalannya kepada Ibu Nyai. Sementara santri Tahfidz I, menyetorkan hasil hafalannya kepada K.H. Fairuzzabadi dan Neng Qorry Aina. Asrama keduanya pun berbeda.

Pada 15 Februari mendatang, Nopi akan menikmati sebagian dari buah perjuangannya selama hampir lima tahun ini. Pagi hari, ia akan menjalankan prosesi wisuda sebagai santri madin. Pada malam harinya, ia juga akan melangsungkan prosesi Haflah Khotmil Quran yang bebarengan dengan Haul K.H. Al Munawwir yang ke-80.

Beberapa tips darinya yang bisa menghantarkannya pada hasil pencapaian yang sekarang diantaranya adalah pertama lawan rasa malas. Kedua, gunakan waktu dengan sebaik-baiknya, jangan sampai kita habis dimakan waktu. Ketiga, istiqamah nderes. Tidak perlu menambah banyak hafalan kalau belum lanyah, karena punya perolehan banyak kalau tidak bisa disimak itu bukan apa-apa.

Oleh: Asmak Anisah