Pondok-Pesantren-Al-Munawwir-Komplek-Q-Kisah-Perjalanan-Kamus-Al-Munawwir

Kisah Perjalanan Kamus Al-Munawwir

Diposting pada 138 views

KH. Ahmad Warson Munawwir atau yang kerap disapa Kyai Warson merupakan putra ke-10 KH. Muhammad Munawwir (pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir) dengan Nyai Hj. Sukis. Lahir pada Jum’at Pon, 22 Sya’ban 1353 Hijriyah tahun Wawu atau 30 November 1934. Mengikuti jejak sang ayah, Kyai Warson juga mendirikan pondok pesantren yakni Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q pada tahun 1989.

Berbicara tentang KH. Ahmad Warson Munawwir, berarti juga berbicara mengenai mahakarya penting yang diwariskan oleh beliau. Tidak lain adalah kamus Al-Munawwir. Sebelum dikenal sebagai pendiri sekaligus pengasuh Komplek Q, Kyai Warson merupakan sang pionir kamus Al-Munawwir.

Dibalik kemasyhuran kamus Al-Munawwir, tentu saja ada kerja keras sosok bersahaja KH. Warson yang menyusunnya selama kurang lebih 15 tahun. Kamus yang disusunnya merupakan bentuk perwujudan kristalisasi ilmu bahasa Arab beliau yang didapat dari gemblengan seorang “Munjid Berjalan” yaitu KH. Ali Maksum.

Baca Juga:  KH. Ahmad Warson Munawwir: Sang Penulis Kamus Legendaris

Kamus Al-Munawwir diperkirakan ditulis sejak 1957 ketika beliau berusia 23 tahun dan selesai pada tahun 1972. Penerbitan kamus ini telah dilakukan sebanyak tiga kali. Penerbitan pertama kali dilakukan pada tahun 1973 sampai pada huruf dzal. Edisi ini hanya terdiri dari 500 halaman dan masih menggunakan tulisan tangan untuk huruf arabnya yang dikerjakan oleh KH. Fadholi adik dari KH. Nawawi, Ngrukem Yogyakarta.

Edisi lengkap kamus Al-Munawwir baru berhasil diterbitkan setelah sebelas tahun berselang, yakni pada tahun 1984. Kamus dengan tebal 1.700 halaman tersebut diterbitkan dengan pembiayaan KH. Ali Maksum atas nama Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren “Al-Munawwir” Krapyak Yogyakarta.

Selanjutnya, revisi kamus Al-Munawwir dari edisi tahun 1984 dilakukan pada tahun 1997. Sebelum diterbitkan kembali, pada tahun 1992 kamus ini mengalami proses kompeterisasi dimana pekerjaan tersebut dilakukan oleh KH. Habib A. Syakur. Sehingga, edisi kedua mengalami penambahan kosakata seiring dengan perkembangan zaman.

Baca Juga:  Gus Hilmi: Dari Kamus Al Munawwir Betapa Banyak Murid Mbah Warson

Menurut KH. Habib A. Syakur, kamus Al-Munawwir sebagai kamus klasik sangat kaya akan variasi kata sehingga bisa dikatakan kamus terlengkap. Edisi kedua karangan Kyai Warson dicetak sebanyak 22 kali. Dalam setahun kamus ini terjual tak kurang dari 20.000 eksemplar.

Penjualan kamus Al-Munawwir yang laris manis di pasaran pernah mendorong salah satu penerbit yang memberikan tawaran pembelian karya senilai kurang lebih Rp. 5 Milyar. Namun, tawaran itu ditolak. Sebab, dari awal niat Kyai Warson dalam menyusun kamus bukanlah demi orientasi material melainkan nasyrul ilmi.

Penyusunan kamus selama 10 tahun dengan penuh ketekunan bukanlah proses yang instan. Kyai Warson menghendaki pada akhirnya kamus yang disusunnya bisa membawa keberkahan secara terus-menerus. Dengan demikian, beliau tidak memilih menjual karyanya tersebut melainkan mengizinkannya diterbitkan secara berkala. Sehingga kamus Al-Munawwir merupakan mahakarya KH. Ahmad Warson Munawwir yang sangat fenomenal.

 

Redaksi Komplek Q

Sumber: Buku “Jejak Sang Pionir Kamus Al- Munawwir”

Foto: Arsip Media Komplek Q