Resep Cinta dalam Beribadah

Diposting pada 320 views

Mengapa ibadah terasa berat, padahal bermain media sosial berjam-jam terasa ringan dan menyenangkan?

Mengapa pula jalan-jalan atau traveling terasa asyik, padahal mengeluarkan budget  yang tidak sedikit?

Hmm, tampaknya hal ini terjadi karena ada rasa cinta dalam melakukan hal-hal tersebut. Lalu bagaimana dengan cinta dalam beribadah? Bagaimana cara menumbuhkan cinta ibadah?

Mengutip perkataan Jalaludin Rumi, “Tanpa cinta, semua ibadah adalah beban”. Oleh karena itu, ibadah harus selalu diiringi dengan cinta. Habib Husein Ja’far Al Hadar memaparkan beberapa cara agar dalam diri kita tertanam rasa cinta dalam beribadah:

Kenali kepada siapa kita beribadah

Seperti ungkapan, tak kenal, maka tak sayang. Sama halnya dengan beribadah, kita melakukan shalat untuk menyembah Allah Swt. dan merapalkan selawat untuk mengagungkan Rasulullah saw. Allah adalah Tuhan kita, Dia Sang Maha Cinta, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Dikatakan dalam suatu hadis qudsi,

يا ابن آدم أنا لك محب فبحقي عليك كن لي محبا…

“Aku mencintaimu wahai manusia, maka cintalah kepadaku sebagaimana aku mencintaimu.”

Betapa cintanya Allah kepada kita hingga mengungkapkan hal tersebut, padahal kita yang membutuhkan Allah.

Rasulullah saw. bergelar nabiyyur rahmah, Nabi yang penuh cinta. Jika ada yang mengolok-olok, beliau balas dengan senyuman. Bila ada yang melemparinya dengan batu, beliau balas dengan doa kebaikan. Jika ada yang membencinya, beliau balas dengan cinta. Terlebih kepada umatnya, beliau sangat mencintainya. Sampai akhir hayatnya pun yang beliau doakan adalah umatnya–kebahagiaan umatnya di dunia dan keselamatannya di akhirat kelak. Bahkan, Nabi tetap akan menolong kita kelak menggunakan syafaat sehingga kita bisa masuk surga.

Dengan demikian, kini kita mengetahui dengan lebih jelas, ibadah yang kita lakukan ditujukan kepada siapa, yakni kepada Allah Yang Maha Cinta dan Nabi saw. yang penuh cinta, maka sepatutnya kita beribadah dengan cinta.

Baca Juga:  PEREMPUAN BERDAYA DAN IKLIM

Menyadari bahwa ibadah yang dilakukan bukan untuk Allah, tetapi untuk diri sendiri, untuk kebaikan diri

Ibadah yang kita lakukan tidak menghebatkan Allah dan ibadah yang kita tinggalkan pun tidak merugikan Allah. Segala bentuk ibadah yang kita lakukan akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Kesadaran akan hal tersebut yang perlu kita tanamkan dalam hati dan pikiran kita.

Pahami makna dari setiap ibadah

Orang tak akan merasa cinta, jika ia melakukan hal yang tidak diketahui maksudnya. Seperti orang yang rela lelah dalam mencari uang, tak lain tak bukan karena ia tahu bahwa uang bisa menjadi salah satu faktor hidupnya menjadi lebih enak dan nyaman dari sebelumnya. Orang bersedia rajin belajar karena ia tahu bahwa pintar merupakan salah satu pangkal kesuksesan. Lantas, mengapa orang bersedia lelah dalam shalat? Mari kita cari tahu sendiri agar ibadah yang dilakukan tidak sia-sia dan merasa semangat dalam beribadah.

Kreatif dalam mencari kenikmatan ibadah

Apabila kita merasa belum bisa sampai pada derajat kenikamatan ibadah dari segi spiritual–seperti merasa tenang setelah shalat–kita bisa mencanangkan kenikmatan duniawi demi terwujudnya kenikmatan dalam beribadah. Sebagai contoh, niat melakukan shalat subuh sekaligus menikmati keindahan fajar dibarengi dengan secangkir kopi, dan hal lainnya yang sekiranya membuat kita nikmat dalam beribadah.

Jangan pernah putus asa

Segala hal butuh proses, termasuk dalam mencintai ibadah. Oleh sebab itu, Allah melarang kita untuk berputus asa. Meski kadang merasa terbayang-bayang setelah sedekah sepuluh ribu, kita harus terus mencoba hingga rasa ikhlas dan nikmat menghampiri diri kita. Meski  sering merasa terkantuk-kantuk saat shalat subuh, tetaplah jalani hingga menemukan kenikmatannya. Allah pasti akan membantu kita.

Baca Juga:  Hari Mengenang Perdagangan Budak Sedunia: Masih Adakah Perbudakan di Zama Modern?

Cintai Ibadah

Mengapa kita dengan suka rela curhat kepada kekasih, sahabat, dan orang tua? Ya karena kita mencintai mereka sehingga enjoy dan percaya untuk mengungkapkan isi hati. Sama halnya dengan ibadah, Al-Qur’an tidak akan mengungkapkan pengetahuan terdalamnya jika kita tidak mencintainya. Shalat tidak akan menunjukkan kenikmatan dan rahasia di dalamnya jika kita tidak mencintainya. Tanpa cinta, ibadah adalah kewajiban. Dengan cinta, ibadah adalah kecanduan.

Sumber:

https://bincangsyariah.com/kalam/makna-hadis-qudsi-keutamaan-mencari-rizki/

Oleh: ipi

Foto: Rachid Oucharia on Unsplash