Standar Kecantikan yang Merepotkan

Diposting pada 86 views

Kecantikan identik dengan perempuan. Seiring berkembangnya zaman, standar kecantikan perempuan pun berkembang. Standar yang ditetapkan oleh lingkungan tidak selamanya memberikan dampak baik bagi perempuan itu sendiri. Standar tersebut memaksa perempuan untuk mencapainya agar termasuk ke dalam golongan perempuan yang diterima baik oleh suatu lingkungan.

Berbagai cara dilakukan perempuan untuk mencapai standar tersebut. Perawatan dari yang murah hingga yang gak sedikit menguras dompet dan ATM pun dilakoni. Banyaknya jenis perawatan selaras dengan efek yang ditimbulkannya. Semakin mahal perawatan, dampak yang dirasakan juga akan semakin baik–seharusnya. Namun, perbedaan kondisi ekonomi membuat hanya segelintir orang yang dapat melakukan perawatan diri secara maksimal.

Dampak dari adanya standar kecantikan membuat perempuan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi standar tersebut. Membanding-bandingkan diri dengan perempuan lain menjadi hal yang tak luput dilakukannya.  Sebab, jika mereka tak memenuhi standar yang ada, maka akan mendapatkan diskriminasi. Tak ada manusia yang ingin didiskriminasi dalam hal apapun. Terlebih mengenai fisiknya.

Munculnya stereotip kecantikan yang menyakiti serta mengandung unsur diskriminasi terhadap beberapa golongan perempuan justru membuat mereka insecure. Contohnya, stereotip bahwa cantik itu langsing, putih, mulus, mancung, tinggi semampai, dan sebagainya.

Baca Juga: Tak Hanya Skincare, Heartcare Juga Penting!

Manusia diciptakan Allah dengan kelebihan, kekurangan, dan keunikannya masing-masing. Sudah seharusnya kita melek dan sadar akan keberagaman yang ada. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai apa yang kita miliki. Akan tetapi, setidaknya kita bisa menghargai apa yang dimiliki orang lain. Teruslah menjadi diri sendiri dan terus menghargai orang lain.

Kita tidak request kepada Allah seperti apa dan bagaimana wujud diri kita. Tak apa jika diri kita tak sesuai dengan standar kecantikan yang berkembang di masyarakat. Toh bukan kita yang membuat desainnya. Kita–tentunya–sama sekali tidak bersalah dalam hal ketidaksesuaian pada standar kecantikan–yang dipaksakan–tersebut. Pun kita tidak perlu menanggung rasa bersalah dan insecure dengan bentuk diri. Toh kita tidak dilibatkan dalam tahap pendesainan. Kita hanya terima beres.

Baca Juga:  Santri itu Suritauladan

Menerima apa yang sudah diberikan Allah menjadi cara terhebat yang bisa dilakukan. Mensyukurinya adalah hal yang luar biasa.

Oleh: Ipi

Referensi:

Foto oleh RF._.studio dari Pexels