Dalam kehidupan, tentunya ada tujuan yang ingin dicapai oleh setiap manusia.
Berbagai cara dilakukan manusia untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Sebagai umat Muslim, tentunya kita menginginkan kebahagiaan kehidupan di dunia dan di akhirat. Dalam ceramah yang disampaikan oleh Gus Qoyyum Mansur, beliau menyinggung tentang tiga hal yang dicari dalam hidup. Beliau mengatakan bahwa dalam kehidupan manusia ada tiga hal yang dicari, yaitu Maknal Hayati, Sa’adatul Hayat, dan Akhirul Hayat.
Pertama ialah Maknal Hayati atau arti kehidupan. Yang disebut hidup itu tidak mati. Ada yang hidupnya dengan nyawa seperti manusia, ada yang hidupnya dengan air seperti rumput, padi dan tanaman-tanaman, serta ada pula yang hidupnya dari cahaya seperti malaikat. Dalam diri manusia pun ada yang hidupnya dari cahaya, yakni hati dan pikiran manusia. Hati manusia dihidupkan dengan cahaya zikir sedangkan pikiran dihidupkan dengan ilmu. Jadi, jika ada manusia yang hanya memiliki nyawa maka bisanya hanya makan saja. Selain itu, ketika mendapat kenikmatan tidak menjadikan dirinya bersyukur kepada Allah swt. yang memberi kenikmatan, namun hanya bersyukur kepada yang menjadi perantara nikmat tersebut sampai kepadanya, ia lupa dengan sang pemberi kenikmatan. Hal tersebut terjadi karena dalam dirinya tidak ada cahaya zikir, yakni cahaya yang senantiasa mengingat Allah swt.
Gus Qoyyum memberi perumpamaan ketika ada penjual yang berdagang dan barang dagangannya laku oleh pembeli.
maka orang tersebut hanya bersyukur kepada yang membeli. Dirinya mengira bahwa barang dagangannya laku terjual dan mendapat keuntungan karena ada pembeli yang membeli barang dagangannya, ia tidak menyadari bahwa yang memberi kenikmatan sesungguhnya adalah Allah swt. melalui perantara pembeli. Hal tersebut merupakan akibat dari hati dan pikirannya yang tidak ada cahaya zikirnya, tidak membiasakan hati dan pikirannya untuk mengingat Allah swt. Itulah yang disebut makna hidup yang kurang, tidak memahami Maknal Hayat.
Kemudian, yang dicari manusia yang kedua adalah Sa’adatul Hayat atau kebahagiaan hidup. Kebahagiaan hidup setiap manusia tentunya berbeda-beda. Umumnya, setiap orang menginginkan rumah yang bagus, makan hingga kenyang, tidak memiliki hutang, anaknya penurut, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan keinginan manusia, namun di luar dari keinginan tersebut manusia juga butuh Sa’adatul Hayat, yakni kebahagiaan hidup. Kebahagiaan hidup yang dirasakan oleh manusia berbeda-beda. Ada yang bahagia ketika membaca buku sampai larut malam, hal tersebut dilakukannya dengan senang hati walaupun sampai larut malam karena bahagianya terletak ketika orang tersebut membaca buku. Ada pula yang bahagia ketika hari raya berjumpa dengan saudaranya walaupun tidak ada hidangan, tidak ada hidangan pun sudah bahagia ketika berjumpa dengan saudaranya di hari raya, hal itu karena bahagianya terletak ketika berjumpa dengan saudaranya. Ada pula orang yang bahagia ketika membantu tetangganya yang punya hajat, walaupun lelah tetap dilakukannya dengan senang hati. Yang punya hajat pun bahagia ketika dibantu dengan tetangganya, walaupun pengeluaran buat tetangga yang membantu lebih besar dari pengeluaran untuk hajatannya. Hal tersebut dilakukannya dengan ikhlas karena kebahagiaannya terletak ketika berkumpul dengan tetangga. Jadi, kebahagiaan orang itu tergantung apa yang ia sukai ketika melakukannya.
- Bersama Lora Ismael Al-Kholilie: Santri Masa Kini Masih Kurang Literasi, Jangan Ya Dek Ya!
- Ngalap Berkah: Sambung Silaturahmi Komplek Q Yogyakarta dan PTYQ Menawan Kudus
- Opening Ceremony Harlah Ke-35 Komplek Q: Khidmah Santri, Melestarikan Tradisi, Berjiwa Islami
Kemudian yang ketiga, yang dicari oleh manusia ialah Akhirul Hayat, yakni akhir kehidupan.
Tentunya, yang diharapkan seluruh umat Muslim ialah Akhirul Hayat Husnul Khotimah, akhir hayat yang baik, seperti meninggal setelah selesai sholat, ketika sedang membaca Al-Quran, meninggal karena virus corona, meninggal karena virus termasuk syahid karena Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa orang yang terkena virus dan dia dalam keadaan beriman, Islam, taat, kemudian meninggal, maka meninggalnya termasuk syahid. Salah satu contoh sahabat Nabi yang syahid karena terkena virus ialah Mu’adz bin Jabal. Dikisahkan dalam suatu riwayat, ketika sahabat Nabi sedang memasang tenda untuk membuat kemah, tiba-tiba sahabat Nabi tersebut mendengar dari bawah kemah ada suara mayyit sedang membaca surat Al-Mulk. Kemudian, sahabat Nabi tersebut bertanya kepada Nabi tentang peristiwa yang ia alami, lalu Nabi menjawab, surah Al-Mulk itu munjiyat (penyelamat). Maka dari itu marilah rajin membaca Al-Quran khususnya surah Al-Mulk, agar di alam kubur diberikan keselamatan oleh Allah swt. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh An Nasa’i dari Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa, “Barangsiapa membaca surat Tabarokalladzi bi yadihi mulk setiap malam, maka Allah menghindarkannya dari azab kubur, dan dahulu para sahabat ketika Rasulullah SAW masih hidup menamainya “al-mani’ah” (penghindar/penghalang). Sungguh surat tersebut ada dalam Kitabullah, barangsiapa membacanya dalam suatu malam, maka ia telah banyak berbuat kebaikan”.
Maknal Hayati yang dihidupkan dengan cahaya zikir, Sa’adatul Hayat yang dilandasi dengan keimanan serta Akhirul Hayat yang Husnul Khotimah ialah tiga hal yang merupakan tujuan yang diharapkan setiap muslim yang beriman, oleh karenanya marilah kita luruskan niat dan kuatkan tekad untuk melaksanakan dan mencapai tiga hal tersebut agar kehidupan yang kita jalankan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Yang Dicari Dalam Kehidupan Manusia
–
Oleh: Syarifah Rufaida
Sumber:
Photo by Zac Durant on Unsplash