Wajah Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

Diposting pada 24 views

“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia.”

–Nelson Mandela

Sejak Maret lalu, berbagai satuan pendidikan di Indonesia telah memberlakukan sistem belajar jarak jauh (online) demi mencegah penyebaran Covid-19. Sistem pembelajaran tatap muka berganti menjadi tatap layar dengan memanfaatkan teknologi dan internet. Dilansir dari laman UNESCO, secara global terdapat 1,5 milyar siswa dan mahasiswa serta 63 juta guru terdampak dari Covid-19 ini. Tercatat per 21 April, sebanyak 191 negara menetapkan kebijakan belajar dari rumah.

Setidaknya, kebijakan ini berdampak pada lebih kurang 28,6 juta siswa SD hingga SMA/SMK di Indonesia. Belum lagi ditambah dengan mahasiswa yang harus dihentikan sementara perkuliahan tatap mukanya. Tak sedikit siswa dan mahasiswa yang riang menyambut hal ini–pada awalnya, dengan kata lain mereka tak memijakkan kaki ke sekolah/kampus. Tetapi, hal itu tidak bagi mereka yang kurang memiliki akses terhadap teknologi dan internet.

Siswa dan orang tua yang memiliki akses terhadap teknologi dan internet menyambut antusias di awal pembelajaran. Guru pun berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi kreatif agar siswa tetap dapat belajar dari rumah. Melihat perkembangan kondisi, masa sistem pembelajaran jarak jauh ini diperpanjang hingga tak sedikit kendala yang dirasakan oleh berbagai pihak.

Sebagian orang tua merasa kurang mumpuni untuk membimbing anaknya belajar dari rumah. Terlebih ketika guru memberikan tugas secara bersamaan ataupun tugas yang berubi-tubi. Tugas yang diberikan terkadang dirasa terlalu banyak daripada ketika pembelajaran secara tatap muka. Siswa dan mahasiswa kadang merasa kewalahan, pun dengan orangtua yang membantu belajar di rumah.

Betul apabila Covid-19 ini tidak mendiskriminasi siapapun, tetapi dampak yang ditimbulkan pada sektor finansial tetaplah tergolong diskriminatif. Pemberlakuan work from home tentunya sangat berdampak pada kondisi finansial setiap orang. Terlebih peringatan hari buruh kemarin dirayakan dengan PHK massal. Tak heran apabila orang tua siswa merasakan kendala untuk melakukan belajar secara daring. Anggaran dana keluarga–yang makin menipis– malah membengkak karena digunakan untuk membeli pulsa internet.

Baca Juga:  Bu Nyai dan Peran Perempuan

Dari sisi guru pun tak semuanya memiliki kapabilitas mengoperasikan teknologi dan kaitannya dengan memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Hal paling sederhana yang bisa digunakan guru untuk melakukan pembelajaran daring yaitu melalui grup WhatsApp untuk memberikan tugas. Tatap muka secara virtual juga bisa dilakukan–jika dibutuhkan–dengan menggunakan Google Classroom maupun Zoom. Dengan demikian, guru dituntut untuk serba bisa dan lebih kreatif mengemas pembelajaran selama menghadapi masa pandemi ini tanpa adanya gladi resik terlebih dahulu.

Sementara itu, Kemendikbud mengembangkan aplikasi jarak jauh berbasis Android yang dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah-sekolah. Kemendikbud juga bekerjasama dengan dengan beberapa pihak yang mengembangkan pendidikan secara daring, yaitu Zenius, Ruang Guru, Quipper, Google Indonesia, Kelas Pintar, Microsoft, dan Sekolahmu. Tak lupa, Kemendikbud juga mengadakan acara belajar bersama melalui program TV untuk jenjang SD hingga SMA untuk memfasilitasi siswa dan guru.

Semua pihak nampaknya turut andil agar pendidikan tetap dapat dijamah oleh generasi penerus bangsa, pun dalam kondisi pandemi. Bagi siswa dan mahasiswa teruslah belajar dengan memanfaatkan internet yang begitu luas jangkauannya. Guru dan pemerintah pun turut berusaha untuk mewujudkan pendidikan agar tetap terlaksana.

Tak apa jika dua Mei kali ini tampak beda. Tak ada upacara bendera di satuan pendidikan, pun di kantor dan instansi. Upacara bendera hanya dapat disaksikan melalui siaran langsung di kanal YouTube Kemendikbud RI dan saluran TV dari rumah masing-masing. Tak apa. Lekas pulihlah bumi. Selamat hari pendidikan!

Sumber:

https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/26/suka-duka-belajar-di-rumah/

https://en.unesco.org/news/startling-digital-divides-distance-learning-emerge

Oleh: ipi

Foto: William Iven on Unsplash

Baca Juga:  Ibu-Ibu Muslimat Bukan Kader Amatiran