Bagaimana Sejarah Dibalik Penemuan Tahun Kabisat?

Diposting pada 82 views

Dalam kalender Masehi, umumnya bulan Februari berjumlah 28 hari. Berbeda dengan tiga tahun sebelumnya, bulan Februari pada tahun 2024 berjumlah 29 hari. Fenomena ini biasa disebut dengan istilah tahun kabisat atau leap day yang terjadi setiap empat tahun sekali.

Tahun kabisat merupakan tahun yang habis dibagi empat dan habis dibagi 400 tahun. Normalnya, satu tahun berjumlah 365 hari, namun dalam tahun kabisat satu tahunnya berjumlah lebih lama yakni 366 hari dengan tambahan satu hari pada bulan Februari.

Sejarah ditemukannya tahun kabisat bermula pada masa Kekaisaran Romawi, tepatnya pada masa kekuasaan Julius Caesar. Seorang astronom bernama Sosigenes Alexandria diperintahkan oleh Julius Caesar untuk menemukan kesalahan dalam kalender Romawi kala itu.

Menurut Julius Caesar, sistem kalender Romawi saat itu meragukan karena tidak sesuai dengan realita yang ada. Salah satu ketidaksesuaiannya yaitu kalender Romawi pada masa itu hanya berjumlah 11 bulan ditambah periode musim dingin.

Baca Juga:  Enam Hari yang Setara dengan Setahun

Sosigenes menemukan fakta bahwa bumi membutuhkan waktu selama 365 hari, 5 jam, 48 menit, 5 detik untuk mengobit matahari. Dari penemuannya, ia mengusulkan untuk menambahkan satu hari pada bulan Februari setiap empat tahun sekali. Penemuannya tersebut dikenal sebagai kalender Julian dan diterapkan sejak Januari 45 SM.

Setelah berabad-abad lamanya kalender Julian yang ditemukan oleh Sosigenes digunakan masyarakat Romawi, Paus Gregorius XII menemukan perhitungan yang kurang tepat. Dalam kalender Julian, tahun kabisat jatuh setiap empat tahun sekali tanpa terkecuali. Akan tetapi, Paus Gregorius menganggap perhitungan tersebut salah dan berakibat pada tidak sinkronnya musim dalam satu tahun.

Penelitian dilakukan oleh Paus Gregorius XII bersama Aloysius Lilius (ahli fisika) dan Christopher Clavius (ahli astronomi) selama lima tahun. Dari penelitian tersebut ditemukan fakta bahwa perhitungan dalam kalender Julian melebihi seharusnya. Paus Gregorius beserta timnya menyatakan satu tahun yang sebenarnya dihitung sebagai 365,242 hari, bukan 365,25 hari.

Baca Juga:  Tahun Baru: Apa Resolusimu?

Meskipun selisih antara perhitungan kalender Julian dengan Paus Gregorius sangat tipis, namun selisih tersebut mengakibatkan pergeseran waktu equinox. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, equinox adalah fenomena dimana matahari tepat berada di atas garis Khatulistiwa sehingga siang dan malam memiliki durasi waktu yang sama.

Kesimpulan dari penelitian Paus Gregorius XIII adalah sistem kabisat berlaku empat tahun sekali kecuali tahun yang tidak habis dibagi 400 seperti 2100, 2200, atau 2300. Sistem penanggalan Paus Gregorius XIII dikenal dengan Kalender Gregorian atau Kalender Masehi yang digunakan oleh masyarakat di dunia sampai saat ini.

 

Penulis: Nun Qie Hisyma

Referensi:

Pictured by Reader’s Digest on Pinterest