Madrasah Salafiyah III (MASAGA) Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q menerapkan kurikulum baru sejak tahun ajaran 2022/2023. Kurikulum baru ini berfokus pada penguatan ilmu nahwu dan shorof. Pada kurikulum sebelumnya, Madrasah Salafiyah III menggunakan rujukan kitab dari ulama kontemporer seperti contoh kitab an-Nahwu wa as-Shorfu karangan Dr. Ahmad Syalabi. Selain itu, pada kurikulum sebelumnya tidak mewajibkan adanya hafalan-hafalan nadhom tertentu.
Di kurikulum baru, Masaga bertujuan untuk mengembalikan identitas kesalafannya, menggunakan rujukan kitab dari ulama-ulama salaf. Di samping itu, sebagai pondok yang didirikan oleh Sang Pionir Kamus Al-Munawwir yakni KH. Ahmad Warson Munawwir, Masaga bertujuan menguatkan keilmuan santri dari sisi ilmu alat sebagai bekal untuk membaca dan memahami kitab dan hal ini sejalan dengan cita-cita KH. Ahmad Warson Munawwir.
Saat awal perumusan kurikulum Masaga yang baru, diadakan rapat internal antara kepala madrasah, asatidz pengampu nahwu shorof, dan pengurus divisi kurikulum. Kemudian diadakan beberapa rapat lanjutan dan evaluasi. Salah satu yang ikut merumuskan adalah KH. Habib Abdus Syakur, pengasuh Pondok Pesantren Al-Imdad Bantul.
Kitab-kitab nahwu yang digunakan adalah kitab al-Ajurumiyah karangan Imam Shonhaji, kitab al-Imrithi karangan Imam Syarofuddin Yahya, dan kitab Alfiyah karangan Imam Ibnu Malik. Sedangkan untuk kitab shorof menggunakan metode Shorof Krapyak oleh KH. Ali Maksum dengan rujukan kitab as-Shorfu al-Wādih yang ditulis oleh KH. Muhtarom Busyro.
Hafalan nadhom Imrithi dan Alfiyah menjadi salah satu poin yang diperhatikan dalam kurikulum Masaga yang baru. Nadhom Imrithi dihafalkan oleh santri Mustawa Tsalitsah, dan Nadhom Alfiyah dihafalkan oleh santri Mustawa Robi’ah dan Khomisah.
Disampaikan oleh Kepala Madrasah Salafiyah III yakni bapak Agus Najib Sholih bahwa hafalan adalah salah satu cara untuk futuh atau terbukanya ilmu. Para ulama mengatakan “al-Hifdzu Asasun fī al-‘Ilmi”, hafalan itu adalah dasar dari sebuah ilmu. Sebagian ulama juga menyebutkan “al-‘Ilmu fī as-Sudūr, lā fī as-Suthūr”, ilmu itu tertanam di hati, bukan hanya di kertas. Ilmu di kertas bisa hilang, jika ilmu sudah tertanam di hati dan dijaga dengan baik maka tidak akan hilang.
Pada tahun pertama penerapan kurikulum Masaga yang baru, santri-santri menghafalkan nadhom-nadhom sesuai dengan tingkatan kelasnya. Santri belajar teori nahwu shorof saat pembelajaran klasikal, dan pendalaman materi secara berkelompok dengan roisah sorogan. Santri menyetorkan hafalan nadhomnya pada roisah masing-masing.
Di tahun ajaran 2022/2023, tahun pertama diterapkannya kurikulum Masaga yang baru, 19 santri dari Mustawa Tsalitsah berhasil menyelesaikan hafalan nadhom Imrithi dan melaksanakan ujian Khotimat Imrithi. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah, diadakan tasyakkur Khattaman Imrithi yang pelaksanaannya bersamaan dengan Wisuda XXIV Madrasah Salafiyah III.
Sebagai tindak lanjut dari kurikulum Masaga yang baru pula, di tahun ajaran ke dua pelaksanaan kurikulum ini, diadakan kelas takhasus. Kelas takhasus menjadi salah satu fasilitas bagi santri yang fokus ke kitab. Kelas takhasus mendapatkan kelas tambahan yakni kelas musyawaroh. Diharapkan kelas ini dapat membantu santri takhasus Masaga untuk dapat mempraktikan ilmu alat dalam penganalisisan kitab. Selain itu, juga sebagai persiapan santri untuk ujian Qiroatul Kutub di akhir semester.
Karena terbilang masih baru, kurikulum nahwu shorof Masaga ini dalam pelaksanaannya akan terus dievaluasi agar semakin baik ke depannya. Langkah awal penerapan kurikulum ini sudah dimulai, kemudian untuk memperbaikinya dan menyempurnakannya sembari berjalan. Harapannya dengan kurikulum Masaga yang baru ini, dengan rujukan dari kitab-kitab ulama salaf, kami dapat mengambil keberkahan dari beliau-beliau para mushonnif kitab, dan semoga santri mendapat futuh dalam membaca serta memahami kitab dengan pengaplikasian ilmu nahwu shorofnya. Aamiin.
Redaksi: Hanin Nur Laili
Pictured by duniasantri.co