Puasa Secara Ritual dan Sosial di Tengah Wabah Corona

Diposting pada 61 views

Di tengah musibah pandemi corona, kita juga akan dipertemukan dengan bulan Ramadan. Banyak hal yang disiapkan sebelum benar-benar memasuki bulan ini. Dari ritual-ritual seperti megengan dan ziarah kubur hingga persiapan lainnya seperti membeli beberapa kebutuhan pokok, membersihkan masjid, mencuci mukenah dan sarung,  dan lain sebagainya.

Salah satu ibadah wajib di bulan Ramadan adalah puasa. Selain itu banyak ibadah-ibadah pendukung lainnya seperti shodaqoh, tadarus Al-Qur’an, zakat, dan lain-lain. Puasa di bulan Ramadan menjadi hal yang ditunggu oleh umat Islam. Kedatangannya setahun sekali membuat beberapa orang begitu antusias menyambutnya, tapi tak sedikit pula yang acuh.

Puasa bukanlah ibadah yang identik dengan menahan lapar dan minum saja. Rasulullah bersabda: “Kam min shaimin laisa min shiyamihi illal ju’u wal ‘athasu”. Hadis ini memiliki arti “Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi dia tidak mendapatkan pahala dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga”

Imam Ghozali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan mengenai kesempurnaan puasa. Sempurnanya puasa adalah ketika kita mampu menjaga anggota tubuh dari perkara yang dibenci Allah. Anggota tubuh mana saja yang harus dijaga?

Imam Ghozali melanjutkan penjelasannya bahwa yang termasuk dalam menjaga tubuh tersebut adalah menjaga mata dari melihat hal-hal yang tidak baik dan menggiurkan, menjaga mulut dari mengucapkan perkataan yang tidak bermanfaat, serta menjaga telinga dari mendengarkan perkara yang diharamkan oleh Allah. Menjaga anggota tubuh dari dosa diibaratkan seperti menjaga perut dari lapar serta menjaga kemaluan dari syahwat.

Dalam hadist lain Rasulullah Saw. bersabda,

“Lima hal yang menjadikan puasa batal (pahalanya)’ yaitu berbohong, menggunjing, mengadu domba, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu”.

Menahan diri dari perbuatan lima tadi memang bukan perkara yang ringan. Di era media sosial sekarang ini, godaan untuk melakukan lima perkara tersebut semakin besar. karena menggunjing atau berbohong tidak selalu dilakukan dengan lisan secara langsung, tetapi juga bisa melalui jari-jemari di atas keyboard ponsel atau laptop.

Baca Juga:  Pembaharuan Adalah Sebuah Keniscayaan

Rasullah Saw. dalam sebuah hadist bersabda:

“Sesungguhnya puasa adalah perisai. Ketika salah seorang dari kalian berpuasa, maka jangan berkata kotor, bermaksiat dan jangan berbuat bodoh. Jika ada orang yang melaknat dan memakinya maka hendaknya berkata (dalam hati), ‘Sungguh aku sedang berpuasa’”.

Puasa selain menuntaskan tidak makan dan minum serta syahwat juga menuntaskan perkara-perkara sosial. Berbohong, menggunjing, mengadu domba, dan sejenisnya merupakan perkara-perkara yang dapat menimbulkan kekacauan di kehidupan sosial. Dengan menjaga diri dari perbuatan-perbuatan tersebut, kita tidak hanya berpuasa secara ritual tetapi juga secara sosial. Karena kita turut andil dalam menjaga keharmonisan kehidupan sosial.

Di era kemajuan teknologi saat ini serta dalam menghadapi virus corona, kita tidak hanya bertarung melawan virus, tetapi kita juga bertarung melawan berita-berita bohong yang masih banyak beredar di sekitar kita. Dengan berpuasa secara sosial tadi, kita turut berupaya dalam mematikan laju virus tersebut. Hoaks dapat lebih berbahaya dari pada virus dan penyakit itu sendiri, karena dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan.

Oleh karena itu, persiapan batin dan mental untuk berpuasa sangat diperlukan. Agar kita semua tidak menjadi golongan orang-orang yang merugi karena hanya mendapatkan lapar dan dahaga, tanpa mendapatkan pahala dan keutamaan puasa itu sendiri serta dapat bermanfaat dalam kehidupan sosial.

Oleh: Hafidhoh Ma’rufah

Foto: Dreamstime.com