Bagaimana Sejarah Perang Ghathafan?

Diposting pada 4,249 views

Nama “Ghathafan” berasal dari nama kaum yang berasal dari Bani Tsa’labah bin Muhairib. Orang-orang dari Ghathafan ini memiliki niat untuk menyerbu Kota Madinah, memerangi Rasulullah dan memerangi kaum muslim yang ada di Madinah. Perang Ghathafan merupakan salah satu perang yang terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-3 Hijriyah.

Siasat Perang Rasulullah

Mendengar berita akan adanya penyerbuan terhadap Kota Madinah, Rasulullah tidak hanya tinggal diam. Beliau memutuskan untuk memerangi terlebih dahulu kaum Ghathafan. Rasulullah mengerahkan 450 bala tantara bersama para sahabatnya untuk memerangi kaum Ghathafan yang terdiri dari Bani Tsa’labah dan Bani Mahrib. Du’tsur bin Harits Al Muharibi memimpin kedua kabilah tersebut.

Penyerbuan yang telah dirancang oleh kaum Ghathafan gagal karena sudah didahului oleh berangkatnya pasukan muslim ke wilayah mereka. Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang mendengar banyaknya jumlah pasukan muslim dan kehebatannya memilih untuk mengeluarkan perintah kepada seluruh pasukannya untuk bersembunyi di puncak bukit yang tinggi.

Ketika perjalanan menuju Ghatafan, pasukan Muslim bertemu dengan salah satu orang yang berasal dari Bani Tsa’labah, ia Bernama Hibbab. Ia sangat terburu-buru untuk menemui Rasulullah dan mengatakan:

Jika mereka sudah tau akan kedatanganmu, pasti mereka segera melarikan diri ke puncak gunung. Mereka tidak akan berani bertemu denganmu. Aku ingin ikut bersama pasukanmu dan aku menyerahkan diriku pada Tuan”.

Setelah mendengar ucapan Hibbab, Rasulullah mengajak Hibbab masuk ke dalam agama Islam. Selain itu, ia juga menjadi petunjuk jalan untuk menuju puncak gunung yang dijadikan sebagai tempat persembunyian Du’tsur bin Harits Al Muharibi dan pasukan perangnya karena ketakutan dengan kedatangan Rasulullah.

Hambatan Perang Ghathafan

Di tengah perjalanan menuju bukit tersebut, turun hujan lebat. Hal ini mengakibatkan para pasukan harus berhenti dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Setelah menunggu cukup lama hujan pun berhenti, para pasukan berpencar untuk mengeringkan pakaian masing-masing, termasuk Rasulullah yang menyendiri di dekat pohon untuk mengeringkan (menjemur) bajunya. Rasulullah kemudian berbaring sendiri di samping pohon yang rindang untuk melepas lelah sambil menunggu bajunya kering.

Baca Juga:  Mauizah Hasanah Haul KH. Warson Ke-10

Dari puncak gunung, pasukan Ghathafan melihat bahwa Rasulullah sedang berbaring sendiri, kemudian salah satu pasukan memberitahu kepada Du’tsur untuk mendatangi Rasulullah dan membunuh pimpinan umat Islam. Kemudian Du’tsur turun dari puncak gunung dan menyamar seperti pasukan muslim. Ia mendatangi Nabi dari arah belakang.

Kemudian, ketika telah sampai di hadapan Rasulullah ia mengacungkan pedang ke atas kepala Rasulullah. Dengan angkuh ia seraya berkata, “Siapa yang akan menghalangi aku dan perbuatanku hari ini kepadamu wahai Muhammad?” Dengan ketakdzimannya Rasulullah menjawab dengan tenang, “Allah” . Mendengar jawaban dari Rasulullah tubuh Da’tsur bergetar dan menggigil ketakutan, tanpa sadar pedangnya terjatuh.

Selanjutnya, Rasulullah mengambil pedang tersebut, menghunuskan ke hadapan Du’tsur dan mengulangi pertanyaan Du’tsur, “Siapa yang akan menghalangi kamu dari pebuatanku ini wahai Du’tsur?” Dengan sedih ia menjawab “tidak ada seorang pun”. Ia pun meminta maaf kepada Rasulullah dan mengatakan ingin masuk Islam. Rasulullah dengan bijaksana memaafkan dan menuntun Du’tsur membaca kalimat syahadat.

Islamnya Kaum Ghathafan

Setelah itu Du’tsur datang menemui kaumnya di puncak gunung dan mengajak kaumnya masuk Islam. Serta meninggalkan sembahan berhala dan hanya menyembah kepada Allah. Setelah kejadian itu, turunlah ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.” (QS. Al-Maidah: 11)

Baca Juga:  Apakah Khusyuk Sebagai Barometer Diterimanya Salat?

 

Oleh    : Syarifah Zaidah

Gambar : https://www.tribunnewswiki.com

Sumber:

Kitab Khulasoh Nurul Yaqin Jilid 2

https://beritaku.id/perang-ghathafan-sejarah-terjadinya-lokasi-dan-proses/