“Sesungguhnya aku akan meninggalkan kalian dan aku akan menjadi saksi kalian semua. Demi Allah, saat ini aku benar-baner melihat telagaku dan aku telah diberi kunci-kunci dunia dan akhirat. Demi Allah, aku tidak takut kalian akan berbuat syirik sepeninggalmu nanti. Yang aku takutkan, kalian akan bersaing dalam urusan dunia.” Itulah Pidato

Rifka Zammilah, sosok karismatik, dan berjiwa keibuan merupakan Lurah Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Periode 2015-2016. Ia lulusan Matematika UIN Sunan Kalijaga tahun 2015. Kepandaian dan juga keramahannya sudah dikenal seantero Komplek Q, bahkan Krapyak pada globalnya. Kini ia masih berkontribusi untuk komplek Q, yaitu sebagai pengampu pelajaran Akhlak  di

Yusuf Thoha atau yang lebih akrab disapa Pak Yusuf merupakan salah satu ustaz yang mengajar di Komplek Q. Beliau telah mengajar sejak Komplek Q berdiri. Sebelum Komplek Q berdiri seperti sekarang, hanya ada pengajian Riyadus Sholihin dan Kifayatul Akhyar untuk semua kalangan dan juga belum ada kamar-kamar. Setelah Muktamar NU

K.H. A. Warson Munawwir—pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q—merupakan sosok yang membekas dalam hati banyak orang. Dr. KH. M Habib Abdus Syakur, M. Ag. salah satu yang tidak bisa melupakan kenangan bersama Kiai Warson. Pak Habib Syakur—sapaan akrabnya—merupakan salah satu sosok santri ndalem sedari keluarga Kiai Warson masih tinggal di

Sebagai perempuan, menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga itu pilihan masing-masing.  Tidak memihak pada salah satu pilihan, karena semua tergantung  tulusnya niat yang ditanamkan. Seperti Najwa Shihab, perempuan berkelahiran Makassar, 16 September 1977 . Terlahir dari seorang pendiri Pusat Studi Al-Qur’an, Prof. Quraish Shihab dan Fatmawati Assegaf. Alumni Fakultas

Siapa yang tidak kenal dengan penjual nasi rames dekat pondok yang menyediakan menu andalan tempe cripsy murah meriahnya? Ya, wanita lanjut usia itu biasa dikenal oleh para santri putri dengan sebutan “Bu Ming”. Entah siapa yang pertama kali mencetuskan nama itu, yang jelas nama beliau bukan “Ming”. Mungkin nama “

Tujuh puluh empat tahun sudah negara Indonesia merdeka. Sebagai bangsa yang telah merdeka  sudah seharusnya mengucap syukur sebagai tanda terimaksih atas perjuangan para pahlawan. Dalam sebuah pidatonya, Bung Karno pernah mengungkapkan:“bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa pahlawannya”. Salah satu bentuk penghargaan adalah dengan mengenal nama dan mengetahui

 “Mbak-mbak tahajud-tahajud” “Mbak-mbak siap-siap jamah Mbak” “Mbak-mbak diqomati Mbak” Kalimat itulah yang sering kami—santri Rayon Q9—dengarkan dari Pak Yusuf. “Bapak” itulah panggilan takdzim kami sebagai seorang santri kepada Sang Kyai. Bapak selalu membangunkan santrinya setiap jam tiga pagi melalui Halohalo—panggilan akrab pengeras suara di pondok—“Mbak-mbak tahajud Mbak!” Sesederhana itu kalimatnya