Ramadhan

Kuliah Subuh: Menyambut Datangnya Ramadhan 1443 H.

Diposting pada 119 views
Bulan Ramadhan

Seperti yang telah kita ketahui, sebentar lagi akan kedatangan bulan yang istimewa, yakni bulan Ramadhan 1443 Hijriyah. Bulan di mana Allah Swt. mengampuni dosa manusia, dijauhkannya siksa kubur bagi yang telah meninggal dunia, dan masih banyak lagi amalan-amalan pembawa pahala bagi umat manusia yang melaksanakannya.

Umat muslim seluruh dunia menunggu-nunggu datangnya bulan mulia ini yang hanya  datang sekali dalam setahun. Oleh karenanya muslim-muslimah berbondong-bondong memanfaatkan bulan suci ini dengan berbagai amalan serta tradisi yang selalu mereka peringati tiap tahunnya. Tak berbeda jauh dengan negara kita Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan dan tradisi untuk menyambut datangnya bulan yang penuh dengan keberkahan ini.

Baca Juga:  PKR 1443 H. Resmi Dibuka
Tradisi Nyadran

Salah satu tradisi yang sering kita dengar atau jumpai saat menjelang bulan Ramadhan tiba adalah tradisi Nyadran. Tradisi ini hadir di tengah masyarakat sebagai bentuk syukur umat manusia yang telah dikaruniai hidup berkecukupan oleh Allah Swt.

Berbicara tentang tradisi Nyadran yang pelaksanaannya setiap kali menjelang datangnya bulan Ramadhan. Upacara Nyadran adalah cara untuk mengagungkan, menghormati, dan memperingati roh leluhur. Jika kita ulik lebih, tradisi ini memiliki banyak hikmah di dalamnya. Tidak dapat kita pungkiri terkadang banyak pula orang yang salah mengartikan hikmah dari tradisi nyadran ini.

Dalam hal ini, setidaknya ada 3 poin penting dari pada pelaksanaan upacara Nyadran yang perlu kita ketahui, yang mana ketiga poin penting ini memberikan banyak sekali ibrah.

Hikmah Pertama Nyadran

Pertama, mempererat tali silaturrahmi. Dalam sesi kuliah subuh ini kita dapat belajar bahwa tidak semua tradisi berbau dengan hal negatif atau membawa keburukan bagi diri kita. Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadis, yakni:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim.”

Di sini kita juga dapat belajar bahwa orang yang rajin bersilaturrahmi Allah Swt. akan melapangkan rezekinya serta panjangkan umurnya. Nah, rezeki yang dimaksud di sini adalah tentang rezeki yang jarang kita sadari. Tidak melulu masalah uang dan hart. Akan tetapi, bisa berupa kenikmatan juga kesehatan lahir dan batin dari Allah Swt. Begitupun demikian dengan dipanjangkannya umur seseorang. Bukan berarti hanya panjang umur secara dhohirnya (di dunia) saja, pun juga secara maknawinya. Di mana ketika orang telah mendapatkan umur maknawi tersebut, orang yang telah meninggal seolah-olah ruhnya masih hidup berdampingan dengan kita.

Salah satu contoh yang bisa kita teladani yakni kisah Imam Syafi’i. Imam Syafi’i adalah salah satu tokoh dari Quraisy. Bahkan satu-satunya imam mazhab yang berasal dari keturunan Quraisy. Sebagaimana yang kita ketahui, karya Imam Syafi’i masih terjaga dan juga bisa kita nikmati hingga saat ini. Bahkan uniknya mazhab yang kita anut saat ini pun juga dianut oleh beberapa penganut mazhab lain. Misal pada pelaksanaan wudhu yang kita lakukan sehari-hari sebelum salat fardhu atau salat sunnah yang lain. Pada mazhab Syafi’i air ada tingkatan-tingkatan nya, jadi tidak sembarang air bisa kita gunakan untuk bersuci. Namun pada madzhab lain ada yang menyebutkan bahwa wudhu itu boleh menggunakan air musta’mal. Uniknya rata-rata orang dari mazhab yang berbeda pun turut beracuan pada beliau mengenai masalah ini. Dari sini kita dapat belajar dari Imam Syafi’i tentang panjangnya umur maknawi beliau yang bahkan karyanya pun tidak tergerus oleh perkembangan zaman hingga saat ini.

Hikmah Kedua Nyadran

Kedua berkaitan dengan hikmah adanya pelaksanaan Nyadran adalah birrulwalidain. Di mana pada saat berlangsung upacara ini, banyak orang yang berbondong-bondong pulang ke kampung halamannya untuk menemui orang tua dan sanak keluarga. Sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tua, patut kalanya kita tetap mengutamakan orang tua dalam setiap hal dalam kehidupan agar mendapatkan keberkahan serta ridho dari keduanya.

Baca Juga:  Bulan Ramadhan, Penuh Ampunan, Berkah dan Kemuliaan
Hikmah Ketiga Nyadran

Hikmah ketiga daripada pelaksanaan tradisi nyadran secara tidak langsung adalah pengingat kematian kepada umat manusia. Kematian pasti akan datang pada saatnya dan kita tidak mengetahui kapan datangnya itu. Maka dari itu segala bentuk upacara adat seperti Nyadran yang telah ada di Indonesia ini memberikan kita gambaran akan masa depan nanti. Bukan terpacu akan keburukan atau bahkan berhubungan dengan kemusyrikan. Kita ambil dari sisi positifnya dengan mengambil ibrah dan hikmahnya agar kita tidak salah mengartikan hal yang aslinya sangat membawa manfaat bagi kita semua.

Setelah kita tahu hikmah daripada pelaksanaan tradisi Nyadran, kita jadi paham betul akan makna dari sebuah ibadah yang sangat mulia ini.  Selalu ada ibadah, amalan, dan hikmah yang apabila kita menjalankannya penuh dengan kekhusyukan akan mendapatkan banyak sekali manfaat darinya. Sebagai umat muslim yang taat kita juga harus bisa menjalankan rukun Islam ini dengan sebaik-baiknya. Tidak merasa susah maupun gundah akan hadirnya bulan penuh berkah ini.

Tingkatan Puasa

Puasa sendiri memiliki 3 tingkatan istimewa bagi orang-orang yang menjalankannya. Pertama adalah puasanya orang biasa, yakni puasanya orang yang hanya menahan lapar dan dahaga serta menjaga agar tidak batal ibadahnya. Kedua, puasanya orang khusus, yakni puasanya orang yang melibatkan seluruh badannya mulai dari kepala hingga kaki dan jari jemarinya. Ketiga adalah puasanya orang khusus yang sangat khusus, yakni puasanya orang yang melibatkan seluruh anggota badannya juga hati dan pikirannya agar selalu ingat dan takwa kepada Allah Swt.

Semoga bulan Ramadhan penuh rahmat ini kita selalu mendapat keberkahan setiap amalan dan aktivitas yang kita lakukan, terjaga akan hawa nafsu, dan mendapat banyak sekali hikmah hingga akhir bulan Ramadhan ini. Aamiin.

Oleh: Nilnarohmah dalam Kuliah Subuh; Dr. KH. M. Abdus Syakur M. Ag.

Pictured by: banten.nu.or.id