Perempuan yang berhati malaikat Perempuan yang paling kuat dan hebat dihidupku Perempuan yang tulus menyayangi anak-anaknya Ibu Engkaulah Malaikat yang tidak bersayap tapi sangat bermakna Engkaulah Pelindung terbesar dalam hidupku Engkaulah kehangatan disaat aku lelap dalam pangkuanmu Kau relakan tubuhmu sebagai pintu masuk kami ke Dunia ini Kau hancurkan egomu

Negara kita katanya sudah merdeka Tapi kasus pemerkosaan terhadap perempuan masih merajalela Naasnya korban masih saja disalahkan Padahal pelaku saja yang isi kepalanya hanya perkara selangkangan Dari dulu perempuan selalu jadi pihak yang tertindas Sudah melawanpun masih saja berakhir naas Sebagai sesama perempuan kami sakit hati dengan berita pemerkosaan dan

Apa yang lebih indah dari menatap matahari tumbuh? Apa yang lebih teduh dari menatap awan menari? Apa yang lebih merdu dari menatap burung bercumbu canda? Adalah menatap diri kita menyaksikan jiwa kita bahagia di tengah-tengah mereka   Wahai jiwa, adakah yang kau inginkan melainkan ketenangan abadi? Rebahkan semua Ia berhak

Di sini aku duduk terdiam Menghirup udara kehangatan Terpaku syahdu dalam keheningan  Sembari menikmati indahnya suasana malam   Kata orang, rindu itu membelenggu Kataku rindu itu berarti sesuatu Sesuatu yang membawa rasa ingin temu Sesuatu yang terhalang oleh waktu Baca juga Pengangkatan Umar bin Khattab Mustahil, apabila hati tak bercambuk

Hidup layak dikata numpang Serasa bukan sekadar ucap Sekali tatap membawa harap Selaksa bayang makin kerap Segala hal tampak bergelimang Sekejap mata dapat kuresap Nyatanya tak lebih hanya magang Pun satu persatu akan berpulang   Jangan kira waktumu senggang Kau kira dapat apa tanpa berjuang?   Semangat! Kala ragamu mulai

SAMPAI BERTEMU DI SURGA Biar saja biar. Biar isak ringkih di tengah-tengah hampir pagi ini abadi. Biar yang tahu hanya suara yang bunyinya hanya jiwa yang bisa merasa. Biar ketidaksanggupan ini bertempat sendiri dalam lakuna.   Cakrawala memang luas lega. Hatiku tidak begitu adanya. Setelah jauh antara kita tidak lagi

Di tengah syahdunya lantunan kalam Ilahi Kami insan pelukis mimpi Pengharap berkah para murabbi Melapangkan hati terdekap dalam penjara suci Menorehkan kisah yang berbeda dalam lembaran baru Dengan memantapkan hati. Mengikuti langkah tujuan maha guru kami Dengan bekal Kalam mutiara yang beliau siratkan melalui lisan mulia Hingga menjadikan kami para

Sungai yang terus mengaliri tanpa henti Mentari pun terus menyinari pertiwi Senyumnya menyejukkan hati Kapan pun tak bisa diganti   Hari ini sampai nanti Do’anya selalu berjatuhan yang tak perlu dinanti Kata-katanya lembut, mengandung do’a dan penuh arti Berjauhan dengannya pun ingin segera diakhiri   Jarak mengajariku cara menggapai bintang

Malam hampir larut Purnama ke-15 masih menerangi semesta di puncak peraduan Kopi yang membersamaiku duduk di beranda sekaligus ingatan Yang satu persatu mulai tumbuh memenuhi pikiran Ya … Ingatan tentang hari-hari bahagia di surga yang bernama pesantren itu   Apakah kau tau? Apa yang lebih indah dari doa kyai yang

Aku sudah lelah Mengusir paksa dirimu dari hatiku Aku merasa semua upaya yang kulakukan untuk memeluk dan melepaskanmu itu sia-sia Kupaksa kau mendekat sampai lenganku berkarat, tapi kau tak kunjung kudapat  Kupaksa kau pergi, ku tepis bayang-bayangmu menjauh namun hatiku justru semakin gaduh  Apa apaan ini Semenjak mengenalmu, aku bahkan