Lelakiku Engkau lelakiku… Selamanya tetap lelakiku Cinta pertama yang takkan usai oleh waktu Luasnya hatimu tak pernah menuntut lebih Tulusnya cintamu tak pernah melihat kekuranganku Engkau lelakiku… Yang karena pengorbananmu, aku bisa sampai di titik ini Yang karena perjuanganmu, aku masih tetap sanggup berdiri Terimakasih untuk kesah yang tak pernah

Panas dingin selalu berubah dengan ritme yang cepat Menusuk kulit daging tulang pertahanan Berharap semua ikhtiar yang dilakukan mekar ranum membahagiakan   Asaku berharap berjalan mulus tanpa berbelok Mencapai titik finish bahagia   Katanya, “Biar waktu menghapusnya”.. Tetapi pikirku berbeda, Apa mau berjalan dengan terus mengantongi hal yang seharusnya ditinggalkan?

Wahai orang yang berselimut tebal di malam nan gulita Mengapa engkau terus-menerus membuat fatamorgana yang tampak suci di mata orang lain? Engkau bermaksiat kepada-Nya namun engkau menampakkan diri cinta kepada-Nya Ini adalah suatu kemustahilan dalam sebuah pengkiasan yang indah Engkau memperturutkan hawa nafsu dan tidak mencegahnya ataupun mengobatinya Nikmat dari-Nya

Disudut kota , senja temaram menggantung. Dengan rasa dan asa Hanya ada aku, dengan keheningan yang  bermakna Berdiam diantara lalu lalang tapak kaki Ingin ku jejaki kembali, akan tetapi…. Jumpa yang belum jua manyapa Semakin membuat kerinduan melekat dengan hasrat Berdiam dengan angan di sela sela siluet kesepian Merajut harapan

    Wahai santri komplek Q.. Adakah komplek Q selalu ada dihatimu dan pikiranmu? Setiap hari,  setiap jam, setiap menit, atau bahkan setiap detiknya? Karena tanpa kau tau dan sadari komplek Q selalu ada untukmu, Mengajari, mendidik, membimbing, bahkan menuntun setiap langkah yang kau jalani   Wahai santri komplek Q..

Melalui angin Ku rasakan sikapmu yang tak pernah dingin Melalui hujan Kau rintikan panggilan-panggilan kasih perlahan Melalui terik Ku sampaikan puisi-puisi perihalmu sembari berbisik Melalui cahaya Kau terangi aku dari segala gelap dan bahaya Melalui mata Ku simpan rekam jajak kita hingga nanti kita menutup mata Melalui lisan Ku panjatkan

1/ Jika waktu bisa ku putar ulang Dan bakti bisa ku rajut dengan benang Akan ku habiskan waktuku Hanya untuk sebuah sapu tangan yang akanmengusap peluhnya sepanjang masa Kenyataannyawaktubukanlah lembaran buku yang bisakita bolak balik saat kita ingin mengulang bacaan yang kita lupa atau kita suka Kita hanya bisa berperan

Yang dulu mengapa, hingga sekarang bagaimanaTak tahu harus apa, seakan semua telah sirnaApakah ini jalannya, seperti susah diterimaTak sesuai dengan jalannya logika, saling bertolak dengan yang adaYa Tuhan…Inikah penyesalanJika yang dulu terabaikanAkhirnya…Sekarang tersandang kekecewaanSakit tanpa pendarahanLuka tak berpenglihatanSulit diterima, namun itulah jadinyaSesuai dengan usaha, dan jalan yang ditentukan-NyaJika ada keajaiban-MuIngin

Aku tenggelam lamunan panjang Ketika mata sudah berlinang Hati gundah ta bertulang Ya Robb.. Rasanya ingin bersandar Hempaskan segala debar Memujanya dengan mulia Dengan aliran air mata tiada tara Ya Robb.. Aku ingin dekapan itu Memujaku tanpa ragu Mendekapku terus Tanpa takut kembali putus Masih lamunan panjang itu Memanggil dg

Di tengah badai yang belum juga mereda,Kutuliskan rinduku Tentang aku yang ingin segera pulang Dan kau yang mungkin ingin aku datang Tahun-tahun telah kita lewati bersamaKau yang tak henti-hentinya memberiDan aku yang tak pernah malu untuk menerimaKau dengan ilmu tak terhinggaAku dengan kebodohan tak terkira Di bawah pagi yang mendung